Tasyakur dan Peluncuran Buku Biografi 70 Tahun KH Ma’ruf Amin

Jakarta ,  Sosoknya yang tegas dan lugas membuatnya menjadi sosok yang kerap mendapatkan amanah umat dan bangsa. Mulai dari amanah menjadi seorang kiai kharismatikdi Banten, Ketua MUI Pusat, Syuriah NU, anggota MPR, anggota DPR bahkan sampai menjadi Watimpres. Dr. HC. KH. Ma’ruf Amin, nama yang disandangnya tepat dengan jabatan yang diamanahkan dipundaknya. Di hari ini, 11 – Maret- 2013, genap sudah 70  usia KH Ma’ruf Amin, di usia tersebut telah banyak pemikiran dan gagasan  yang beliau disumbangsihkan kepada agama, negara dan bangsa. Untuk itulah The Ibrahim Hosen Institute (IHI) hari ini, pukul 18.30 WIB di Gedung Bank Syariah Mandiri (BSM) menyelenggarakan Tasyakur dan Peluncuran Buku Biografi  70 Tahun KH  Ma’ruf Amin.

Dalam acara Tasyakur dan peluncuran buku tersebut, dihadiri oleh para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II diantaranya Menteri Agama Suryadarma Ali dan Menteri Koordinator Perekonomian Nasioanl Hatta Radjasa, para anggota Wantimpres, anggota DPR , Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia, Yusalm Fauzi dan praktisi keuangan syariah  dan industri halal.

Ma’ruf Amin artinya yang baik yang dipercaya, atau yang diberipengetahuan yang dipercaya. Kendati tidak pernah mengenyam pendidikan master (S2) apalagi doktor (S3) di bidang fiqh, kedalaman ilmu Ma’ruf Amin tak jauh beda dengan mereka yang bergelar doktor. Lantaran itu pula wajar saja jika pengasuh pondok pesantren Al-Nawawiyah, Bantenni diberi amanah sebagai Ketua Dewan Syari’ah Nasional (DSN). Di samping itu, menjadi Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Rois Syuriah PBNU. Beberapa kedudukan itu sangat membutuhkan keulamaan, kefaqihan, dan keumaraan dari dirinya. Usai berkelana menimba ilmu dari berbagai guru dan pondok pesantren, di antaranya pondok pesantren Tebuireng, Jombang, Ma’ruf Amin mengaku prihatin dan sedih. Sedih bukannya karena ia tak mendapatkan lapangan kerja. Prihatin bukan karena ia menganggur.

 

Tapi lantaran banyak lulusan dari pondok pesantren yang ilmunya takdikembangkan.

Akibatnya, ilmu itu mandul tak berkembang.Nah, untuk mengembangkan dan mengamalkan ilmu yang diperolehnya dari pesantren selama 10 tahun, ia aktif di ormas-ormas dan lembaga-lembaga Islam. Semula ia tergabung dengan pengurus ranting NU di daerah Jawa Timur dan akhirnya mendapat amanah di tingkat nasional. Kiprah terakhirnya, selain menjadi Watimpres, Ma’ruf Amin bersama koleganya ingin mengembangkan ekonomi dan keuangan syari’ah di Indonesia. Butuh perjuangan yang tak kenal lelah untuk bisa menggulirkan ekonomi syariah di negeri yang mayoritas Muslimini. Hingga akhirnya bisa berkembang seperti saat ini.

 

“Kita berharap sistem ekonomi nasional kita secara umum menggunakan dual system economic. Yaitu syari’ah dan konvensional. Dan sistem syari’ah ini harus kita tampilkan sebagaisistem alternatif,” tuturnya.

 

Menurutnya, sistem konvensional tetap dibiarkan ada karena untuk penerapan dan

pengamalan sistem syari’ah ini didasarkan atas asas kesadaran atau sukarela dari umat Islam, sehingga kesannya bukan karena paksaan. Lagi pula, masyarakat tidak bisa melakukan perubahan secara radikal. Selain itu kita ingin menguji mana yang lebih unggul dan kompetitif.

 

Selain mengembangkan, mendukung dan memotivasi berdirinya lembaga-lembaga

dan masyarakat ekonomi syari’ah, Ma’ruf Amin juga bertindak sebagai pembuat fatwa sekaligus pengawas perjalanan ekonomi-keuangan syari’ah. Karena itu pula, demi tegaknya ekonomi syari’ah, ia sering memberikan paparan tentang keunggulan ekonomi Islami ini di perguruan tinggi, lembaga-lembaga ekonomi-keuangan, dan hotel-hotel. Melalui upaya upaya tersebut, diharapkan muncul dan tumbuh pemberdayaan umat Islam dalam bidang ekonomi. Sehingga ada empowering (pemberdayaan) atau al-taqwiyah itu melalui ekonomi.

 

Untuk mencetak ekonom-ekonom syari’ah yang mumpuni di bidang khazanah kitab kitab fiqh klasik dan ekonomi modern, Ma’ruf Amin telah merintis dan mendirikan pesantren ren al-Nawawiyah, Banten. “Ke depan, kita ingin ada perguruan tinggi yang melahirkan pakar-pakar yang punya keahlian dalam dua bidang, yakni ahli fiqh dan ahli ekonomi Islam. Cita-cita itu, yang saya harapkan,” tuturnya.

 

Jadi penerapan ajaran ekonomi Islam itu, lanjut Rois Syuriah PBNU, bisa dikembangkan dalam kehidupan sehar-hari. “Dari sini kita bisa membuktikan bahwa sistem Islam itu rahmatan lil’alAmin. Artinya rahmat bagi semua. Karena sistem syari’ah ini bukan hanya untuk umat Islam, tapi untuk siapa saja yang mau menggunakannya,” tutur pria kelahiran11 Maret 1943 ini.

 

Selain aktif di ranah ekonomi syari’ah, Ma’ruf Amin saat ini juga bergiat di PBNU. Di

lingkungan jam’iyah (ormas) yang didirikan tahun 1926 ini, Ma’ruf Amin termasuk tokoh pemikir. Dia pula yang menggagas adanya gerakan Tajdid (pembaharuan) pada Muktamar NU di Yogyakarta, 1989.

 

Lebih jauh lagi, ketika rezim Soeharto runtuh, Ma’ruf Amin mendorong PBNU untuk

membidani terbentuk partai politik bagi warga NU, yakni PKB. Ia pula yang kemudian ditunjuk oleh para kyai NU untuk menjadi ketua Tim Lima, yakni, tim yang menggagas dan merumuskan pendirian partai bagi warga NU.

 

Ketokohan suami dari Hj. Siti Hurriyah ini semakin menonjol dengan aktivitasnya sebagai Ketua Komisi Fatwa MUI. Di komisi inilah, KH Ma’ruf Amin harus selalu siap memberikan pendapat-pendaptnya, sesuai dengan ijma ulama-ulama MUI, tentang persoalanpersoalan yang berkembang di Indonesia, dari mulai soal medis, politik, makanan, sosial, serta lainnya, dan tentunya hukum. Misal soal kupon berhadiah. “Kalau rambu-rambu itu dilanggar, nanti bisa menjadi judi,” katanya menambahkan.

 

Atas pertimbangan sosiologis, teologis tersebut, rasanya tidak berlebihan bila rekam

jejak KH Ma’ruf Amin, didokumentasikan dalam sebuah buku biografi 70 KH Ma’ruf Amin: Pengabdian Tiada Henti Terhadap Agama, Bangsa dan Negara.

Tentang The Ibrahim Hosen Institute

Organisasi The Ibrahim Hosen Institute (IHI) didirikan pada tanggal 29 Januari 2011 di Jakarta. Didirikannya organisasi ini sebagai manifestasi pemikiranp-pemikran almarhum Prof. KH Ibrahim Hosen yang merupakan pakar fatwa,pakar ushul fiqh yang selama ini memberikan kontribusi besar terhadap laju perjalanan bangsa ini. Visi organisasi ini   menjadi lembaga penelitian dan pengkajian Islam dan kemasyarakatan bertaraf internasional. Misi IHI, melakukan kajian ilmu-ilmu keislaman dan kemasyarakatan terutama dalam bidang Al-Quran, hadis dan hukum Islam dalam konteks kekinian, melakukan kajian mengenai peran dan fungsi wanita di masyarakat dan memadukan kajian ilmu keislaman dengan berbagai kedisiplinan ilmu modern untuk menjadikan Islam sebagai agama masyarakat dunia. Sementara dalam jenis programnya,  IHI berperan menjadi fasilitator dan kontributor dalam diskusi, seminar, workshop maupun konferensi yang berkenaan dengan topik aktual maupun kajian tematik. Mengumpulkan dan menerbitkan buku buku yang berasal dari karya ilmiah Prof. KH Ibrahim Hosen, Menerbitkan jurnal ilmiah bertaraf nasional dan internasional sebagai forum untuk mendiskusikan dan mensosialisasikan fatwa-fatwa keislaman sesuai dengan amanat ilmiah. Membangun jaringan ulama dan cendekiawan nasional dengan para pakar, lembaga maupun universitas internasional baik di wilayah Asia, Timur Tengah maupun di Barat. Bekerjasama dengan pemerintah, organisasi masyarakat dan organisasi profesi dalam mengembangkan dan mewujudkan visi dan misi The Ibrahim Hosen Institute.

 

Kontak

Ir. H.M.Nadratuzzaman Hosen, MS.M.Ec, Ph.D

Ketua Dewan Pengurus  The Ibrahim Hosen Institute,

HP : 08121108595

Email : [email protected]

 

Agus Yuliawan

Panitia The Ibrahim Hosen Institute

HP: 081387106435

[email protected]