eramuslim.com – Beberapa armada pesawat maskapai Air Canada diketahui telah menghapus Israel dari peta. Menyadari hal tersebut, Air Canada pun segera meminta maaf.
Armada Boeing 737 MAX milik maskapai ini memiliki peta bergerak sebagai bagian dari sistem hiburan dalam penerbangan (IFE), tetapi peta tersebut tidak menampilkan Israel sebagai sebuah negara.
Seperti dilaporkan oleh Independent, peta itu menggantikan Israel dengan nama “wilayah Palestina.” Menanggapi hal ini, Air Canada kemudian menonaktifkan fitur peta bergerak untuk diperbarui.
Penghapusan Israel pertama kali terungkap setelah seorang penumpang melaporkannya kepada pihak maskapai. Dalam pernyataannya, Air Canada menyebut bahwa Israel tidak muncul dalam peta di 40 pesawat Boeing 737 yang mereka operasikan.
Berdasarkan informasi dari situs web maskapai, Air Canada memiliki 43 pesawat jet kembar 737 MAX dari total armada yang berjumlah lebih dari 350 pesawat.
Sistem IFE yang digunakan diproduksi oleh grup kedirgantaraan Prancis, Thales. Sementara itu, peta dalam sistem tersebut disediakan oleh perusahaan eksternal yang namanya belum diungkapkan.
Dalam pernyataan bersama yang dirilis pada Kamis dan dibagikan kepada CNN, Air Canada serta Thales menyebut bahwa permasalahan ini telah diselesaikan.
“Air Canada menyadari bahwa peta interaktif pada armada Boeing 737-nya tidak secara konsisten menggambarkan batas-batas Timur Tengah tertentu, termasuk batas-batas Negara Israel, pada semua tingkat amplifikasi,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
“Kebijakan Air Canada secara umum adalah hanya menampilkan nama-nama kota pada peta di pesawatnya, dan konfigurasi pada sistem khusus ini tidak sesuai dengan kebijakan ini,” tambah mereka.
Untuk sementara, fitur peta tersebut dinonaktifkan di pesawat terkait. Air Canada juga bekerja sama dengan Thales dan penyedia peta untuk memprogram ulang sistem. Versi peta yang telah diperbaiki dijadwalkan mulai digunakan pada armada pesawat per 14 Maret 2025.
“Air Canada dan Thales meminta maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh situasi ini,” simpul pernyataan mereka.
Thales dalam pernyataan terpisah menegaskan bahwa peta tersebut berasal dari pihak ketiga. “Thales bekerja sama erat dengan maskapai dan pihak ketiga yang terlibat untuk memperbaiki masalah yang disesalkan ini sesegera mungkin,” kata mereka.
Kasus serupa sebelumnya juga pernah terjadi di dunia penerbangan. Pada tahun 2024, JetBlue meminta maaf atas insiden serupa yang melibatkan peta bergeraknya.
Maskapai tersebut kemudian memutuskan untuk beralih ke penyedia peta lain dan meminta penyedia sebelumnya untuk “menyesuaikan [peta] agar selaras dengan panduan peta pemerintah AS untuk wilayah tersebut.” British Airways juga pernah mengalami masalah serupa pada tahun 2013.
(Sumber: Cnnindonesia)