Arsip Tulisan 1953 Tentang Pemberontakan PKI Madiun

Eramuslim – Inilah tulisan tokoh Muslim Syarif Usman terkait dengan komunis. Ulama yang pernah merasakan getir dan pengapnya penjara yang dihuni tanpa pengadilan kala komunis tengah berjaya di Indonesia pada tahun 1960-an.

Tulian ini merupakan arsip yang dilansir kembali oleh DR Suryadi, dosen Univeritas Leiden Belanda. Sumber tulisan adalah berasal dari majalah Aliran Islam. Suara Kaum Progresif Berhaluan Radikal [Nomor Madiun Affair], No. 52 TAHUN KE VII, SEPTEMBER 1953: 26-28, 39.

Ejaan disesuaikan. Angka dalam tanda “{ }” merujuk pada halaman asli majalahnya. Kata-kata dalam tanda “[ ]” dan cetak miring merupakan tambahan dari penyalin. Cetak tebal mengikut teks aslinya.

Begini tulisan itu selengkapnya yang kami muat dalam beberapa bagian:


AIR MATA DAN DARAH DALAM PEMBERONTAKAN KOMUNIS MADIUN

Oleh Sjarif Usman

Dapatkah keamanan dipulihkan dan hukum dijalankan kalau kaum pemberontak dibiarkan secara aman memerankan rolnya?

Musuh dari luar

Pada bulan September 1948, persiapan-persiapan Belanda untuk melakukan penyerangan terakhir buat menghancurkan Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta hampir selesai.

Dari sudut politik, Belanda telah mengepung RI dengan negara-negara boneka yang mereka bentuk, yaitu Jawa Timur dan Negara Pasundan. Blokade ekonomi pun dijalankan dengan sangat rapat sekali, baik dari darat ataupun dari laut. Republik Indonesia hampir tak kuat lagi menentang pengepungan itu.

Tentara Belanda telah dipusatkan di garis-garis demarkasi. Seluruh persenjataan, meriam-meriam dan tank-tank besar, [siap] sedia menunggu perintah melangkahi garis demarkasi, menyerbu daerah Republik sampai ke Yogyakarta. Karena dengan itu tamatlah riwayat RI menurut pikiran Belanda.

Dalam suasana serupa itu, meletuslah pemberontakan kaum Komunis di Madiun (18-9-1948) terhadap Republik Indonesia, tak obahnya dengan orang yang sedang berjuang menghadapi lawan, tiba-tiba ditikam dari belakang dengan pisau belati.