Direktur Lemhanas: NAMRU Sarang Intelijen Pengembangan Senjata Pemusnah Massal

Eramuslim.com – Presentasi Drs. Berlian Helmy, M.Ec, Direktur Pengkajian Ideologi dan Politik, Lemhanas RI pada seminar terbatas Global Future Institute (GFI) bertajuk “Strategi Mencegah Beroperasinya Kembali NAMRU-2 Gaya Baru,” Kamis, 30 Agustus 2018.   

*

Saya akan memulai share knowledge mengenai spektrum isu dari Namru ini. Saya awali dahulu dengan masalah di hilirnya, yaitu pada dampaknya. Kalau Namru ini berpotensi dibuka kembali, maka ada sendi dalam Pancagatra-Trigatra yang secara otomatis akan terkekna imbasnya. Jika berkaca pada pengalaman, aktifitas Namru dahulu yang coverage-nya adalah laboratorium penyakit menular, namun sebenarnya adalah sarang operasi intelijen sebagai pengembangan Mass Weapon Distruction (WMD). Realita tersebut, yang saya pikir bahwa kedaulatan Indonesia saat itu sudah terusik.

Disini artinya, ada fragmentasi nilai-nilai dasar kebangsaan kita yang diintervensi oleh nilai-nilai asing yang tidak bertanggung jawab. Jikalau, Namru hadir kembali di Indonesia, tentu akan berdampak tidak baik. Semisal contoh dalam lingkup politik yang berkaitan dengan eksploitasi sumber daya alam. Kita ambil contoh dari pengalaman Freeport. Dan Namru dalam hal ini akan menjadi another one of proxy issues yang akan dimanfaatkan Amerika Serikat dalam meraih kepentingan nasionalnya.

Foto: the global review

Selain itu, dari sisi ekonomi, Indonesia akan tidak kebagian atau bahkan malah kehilangan pasar dalam produk medis di tatanan global market. Karena penguasaan produk virus penyakit menular seperti flu burung, flu babi dan sebagainya bakal dikuasai oleh produk-produk asing yang notabenenya memonopoli global market. Lalu dari sosial-budaya, bahwa akan ada sebuah lost generation dari yang sebenarnya menjadi keuntungan bonus demografi Indonesia mendatang, karena akibat imbas kompleks dari Namru ini jika dibuka kembali. Sedangkan dari sisi keamanan, tentu ancaman keamanan nirmiliter akan menjadi masalah nyata yang akan dihadapi.