Dokter Oen Boen Ing, Penolong Rakyat Kecil Yang Tak Mau Dibayar

Dokter Oen tak meminta bayaran apa pun. Bahkan tak jarang Pak Dokter malah mengongkosi pasiennya pulang. Dia juga yang akan menebus resep obat jika pasiennya tak punya uang. Semua dilakukan Dokter Oen atas nama kemanusiaan.

Di luar jam praktik, dokter Oen juga tak pernah menolak pasien. Jika seandainya dia sendiri pun sedang tak sehat, maka dokter Oen akan beristirahat sejenak dan kembali mengobati pasien yang datang.

“Saking unik dan mulianya kebiasaan Dokter Oen membuka praktek pada pukul 03.00 WIB dan mengobati pasien yang membutuhkan, ini menjadi memori kolektif Wong Solo,” kata Heri Priyatmoko, Dosen Sejarah Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, kepada merdeka.com.

Dokter Oen dicintai semua kalangan di kota Surakarta. Namanya jelas menunjukkan dia seorang keturunan Tionghoa. Namun dengan bangga komunitas Arab di Surakarta, menyebut dokter Oen sebagai dokternya Orang Arab. Dokter Oen juga diangkat menjadi dokter bagi Keluarga Keraton Surakarta. Sementara bagi rakyat kecil, dokter Oen adalah sahabat dan harapan satu-satunya untuk mendapat pertolongan medis.

“Bagi masyarakat Surakarta, nama Dr Oen begitu lekat sebagai dokternya wong cilik karena tidak pernah minta ongkos saat praktik. Bahkan kadang sering mengeluarkan uang sendiri untuk membelikan obat untuk pasien yang tidak mampu,” kata dr Handojo Tjandrakusuma, Ketua Pembina Yayasan Kesehatan Panti Kosala Solo saat berbincang dengan merdeka.com.

Tak pernah sekali pun terlintas oleh Dokter Oen menjadikan profesi dokter sebagai sarana mendapat keuntungan. Hal ini pun diamini oleh pihak Keraton Mangkunegaraan.

“Selain menjadi dokter keluarga Pura Mangkunegaran, Dokter Oen juga sangat dekat dengan rakyat. Pasien khususnya yang kurang mampu digratiskan,” kata Abdidalem Pariwisata Pura Mangkunegaran Solo, Mas Ngabehi Joko Pramodyo.