Fenomena Iran dan Hizbullah (Bag.1)

Diakui atau tidak, dalam bingkai politik internasional dewasa ini, Iran dengan Presiden Mahmud Ahmadinejad dan Hizbullah dengan Syekh Hassan Nasrallah-nya, telah menjadi ikon masyarakat dunia yang menggugat imperialisme dan hegemoni Amerika-Israel.

Keduanya—Iran dengan Ahmadinejad dan Hizbullah dengan Hasan Nasrallah—telah menjadi idola baru bagi jutaan Muslim dunia, tidak saja mereka yang menganut Syiah, tetapi juga kaum Muslim Sunni. Bahkan orang-orang non-Muslim pun banyak yang menyamakan keduanya dengan tokoh-tokoh revolusioner semacam Che Guevara.

Dunia terhenyak ketika Ahmadinejad dengan lantang menyerukan agar Israel dihapus keberadaannya dari peta dunia. Sikap politiknya yang sangat keras terhadap AS dan Zionis-Israel juga membuat namanya melambung hingga menjadi presiden yang disegani kawan dan lawan.

Terhadap Hizbullah dan Hassan Nasrallah, dunia pun dibuat terhenyak dan terkagum-kagum ketika berhasil menang perang selama sebulan di tahun 2006 melawan tentara Zionis-Israel. Sebuah kemenangan yang sangat memalukan negeri Zionis tersebut. Bukan rahasia lagi jika Hizbullah dan Iran memiliki kaitan yang sangat erat, sehingga keduanya mampu menaikkan ‘pamor’ Syiah ke pentas dunia internasional.

Di sisi lain, disadari atau tidak, fenomena ini menenggelamkan peran kalangan Sunni yang terbagi ke dalam dua kelompok besar: Kalangan Sunni yang berkuasa, para presiden, raja, dan pemimpin-pemimpin Arab, berhadap-hadapan secara diametral dengan tokoh-tokoh pejuang Sunni seperti HAMAS dan sebagainya.

Celakanya, para pemimpin Arab yang kebanyakan Sunni ini malah rela menjadi antek-antek Zionis-Israel dan juga Zionis-Amerika. Ke-bahlul-an mereka ini disorot habis-habisan oleh media internasional, sehingga kalangan Sunni semakin terpuruk pamornya dibandingkan yang lain. Bahkan dengan kekuatan media yang demikian menggurita, kubu Zionis Internasional dengan mudahnya menempelkan stigma ‘teroris’ kepada pejuang-pejuang Sunni seperti HAMAS dan lainnya.

Dengan sendirinya, banyak umat Islam dunia menjadikan Iran dan Hizbullah menjadi ikon perjuangan mereka dalam menentang eksistensi Zionis Internasional. Iran dan Hizbullah menjadi besar karena sikap politik yang ditampakkannya dewasa ini sungguh-sungguh telah merebut hati jutaan umat Islam sedunia. Ini merupakan kenyataan yang harus diakui.

Tanpa mengenyampingkan peran besar yang telah dimainkan Iran dan Hizbullah, sebagai umat Islam kita hendaknya bisa menyikapi fenomena ini dengan arif dan bijak. Hitam katakan hitam, putih katakan putih, walau pahit mungkin terasa di bibir.

Iran dan Hizbullah memang telah menjadi lokomotif perjuangan “Dunia Islam” melawan kesewenang-wenangan AS dan Zionis-Israel. Iran dan Hizbullah memang telah banyak memberi pelajaran bagaimana seharusnya umat Islam dunia harus bersikap terhadap kezaliman. Iran dan Hizbullah memang telah banyak memberikan contoh bagaimana seharusnya umat Islam dunia mampu menjaga izzah, harga diria, agama dan bangsanya. Kita patut mengacungkan jempol kepada mereka.

Namun kita juga harus jujur. Iran dan Hizbullah memiliki ideologi yang berbeda dengan Islam kebanyakan. Bahkan secara akidah, keduanya sebenarnya tidak bisa dianggap bagian dari kaum Muslimin. Latar belakang keduanya dan pergaulannya dengan umat Islam lainnya juga tidak boleh dilupakan. Ini yang membuat kita harus arif dan obyektif dalam menilai keduanya.

Dalam tulisan berseri ini akan dipaparkan hitam putihnya perjalanan sejarah keduanya, Iran dan Hizbullah, agar umat Islam bisa menilai dengan hati yang bersih, dengan akidah yang lurus, dengan pemahaman yang benar, tentang keduanya. Mudah-mudahan, dengan pemaparan ini kita bisa menilai apa adanya.

Salah satu yang paling mendasar adalah sebuah pertanyaan sederhana: Apakah Iran dan Hizbullah melawan Zionis-Israel dan AS diniatkan semata-mata untuk kejayaan Islam dan kejayaan umat-Nya? Wallahu’alam. Dalam Islam, segala sesuatu itu, berpahala atau tidak, dilihat dari niatnya.

Dalam tulisan kedua, kita akan melihat siapa sebenarnya Ayatollah Khomeini, seorang lelaki yang menjadi idola bagi Presiden Mahmud Ahmadinejad, rakyat Iran, dan juga idola bagi pemimpin Hizbullah Syekh Hassan Nasrallah.(bersambung/ Rizki Ridyasmara)