Fenomena Iran dan Hizbullah (Bag.3)

Abdullah bin Saba adalah seorang Yahudi dari San’a yang hidup semasa dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib r. A. Sejarah mencatat bahwa Yahudi dari San’a inilah yang “memecah” umat Islam menjadi dua kelompok besar: Sunni dan Syiah. Sebelum kemunculan Abdullah bin Saba, tidak ada istilah Sunni (Ahlul Sunnah Wal Jamaah) dan Syiah. Islam ya Islam. Tidak ada Islam Sunni atau Islam Ahlul Sunnah Wal Jamaah dan lainnya.

Keberadaan Abdullah bin Saba yang Yahudi ini seakan melengkapi bukti bahwa Yahudi memang sungguh-sungguh berjuang untuk menghancurkan apa yang kita kenal sebagai agama langit: Yahudi, Nasrani, dan Islam. Ke dalam agama asli Yahudi (Taurat Musa a. S.), kaum Yahudi pengikut Samiri (tokoh Kabbalah) menciptakan Talmud, sebuah kitab iblis yang diikuti oleh Gerakan Zionis Dunia sekarang ini.

Ke dalam agama Nasrani (Nabi Isa a. S.), mereka menyusupkan Paulus dari Tarsus, seorang Yahudi dari Tarsus yang hidup berbeda zaman dengan Nabi Isa a. S. namun mengaku sebagai muridnya. Paulus ini yang kemudian mengarang Kitab Perjanjian Baru (The New Testament) yang diklaimnya sebagai penggenapan Kitab Perjanjian Lama (The Old Testament). Dan ke dalam umat Muslimin, Yahudi menyusupkan Abdullah bin Saba untuk merusak Islam.

Keberadaan Abdullah bin Saba sendiri menjadi kontroversial di kalangan Syiah. Ada penganut Syiah yang mengakui bahwa Abdullah bin Saba benar-benar ada, namun banyak pula yang menyebut Abdullah bin Saba hanyalah sebuah mitos dan kebohongan yang besar, sebuah rekaan dari musuh-musuh Syiah.

Namun dari catatan sejarah yang ada, keberadaan Abdullah bin Saba agaknya jauh lebih kuat fakta-faktanya ketimbang yang menolak keberadaannya. Sejumlah literatur klasik memaparkan siapa sesungguhnya orang Yahudi ini:

– An Nasyi Al-Akbar (293 H), mencantumkan tentang Ibnu Saba, dan golongan As Sabaiyah, dengan kalimat: “Dan suatu golongan yang mereka mendakwahkan bahwa Ali allaihi salam masih hidup dan tidak pernah mati, dan ia tidak akan mati sampai ia menghalau (mengumpulkan) orang arab dengan tongkatnya, orang ini adalah As Sabaiyah, pengikut Abdullah bin Saba …. Abdullah bin Saba seorang laki-laki dari penduduk Sana, seorang Yahudi yang mengaku telah masuk Islam lewat tangan Ali dan bermukim di Al-Madain. (Masailul Imaamah Wa Muqtathofaat minil kitabil Ausath fil Maqalat/ditahqiq oleh Yusuf Faan As, Beirut 1971, hal. 22, 23).

– Al-Qummi (301 H), menyebutkan: Sesungguhnya Abdullah bin Saba adalah orang yang pertama sekali menampakkan celaan atas Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan, serta para sahabat, dan berlepas diri dari mereka. Dan ia mendakwakan sesungguhnya Ali-lah yang memerintahkannya akan hal itu. Dan sesungguhnya Taqiyah tidak boleh. Lalu Ali diberitahukan, lantas Ali pun menanyakannya akan hal itu. Maka ia mengakuinya. Dan Ali memerintahkan untuk membunuhnya. Llalu orang-orang berteriak dari setiap penjuru: Wahai Amirul Mukminin! Apakah anda akan membunuh seorang yang mengajak kepada mencintai kalian Ahli Bait, dan mengajak berikrar setia kepadamu dan berlepas diri dari musuh-musuhmu, maka biarkan dia pergi ke Al-Madain. (Al-Maqaalat wal Firaq, hal: 20. Diedit dan dikomenteri serta kata pengantar oleh Dr. Muhammad Jawad Masykur, diterbitkan oleh Muasasah Mathbuati athani, Teheran 1963).

– An Naubakhti (310H), menyetujui Al-Qummi dalam memperkuat berita-berita tentang Abdullah bin Saba, lalu ia menyebutkan satu contoh: Tatkala sampai kepada Abdullah bin Saba berita kematian Ali di Madain, maka ia berkata kepada orang yang membawa berita itu: Kamu telah berdusta kalau seandainya kamu datang kepada kami dengan otaknya sebanyak tujuh puluh kantong, dan kamu mendatangkan tujuhpuluh saksi atas kematiannya, maka sungguh kami telah mengetahui sesungguhnya dia belum mati, dan tidak terbunuh, dan tidak akan mati sampai ia memiliki bumi.(Firaqus Syiah, hal 23. Oleh Abu Muhammad Al-Hasan bin Musa An Naubakhti, ditashhih oleh H. Raiter, Istambul, percetakan Ad Daulah, 1931).

– Al-Kisysyi mencantumkan (dari para tokoh abad ke empat) beberapa riwayat yang menegaskan hakikat Ibnu Saba, dan menerangkan kabar beritanya. Inilah sebagiannya: Telah menceritakan kepada saya Muhammad bin Quluwiyah Al-Qummi, ia berkata: telah menceritakan kepada saya Saad bin Abdillah bin Abi khalaf Al-Qummi, ia berkata: telah menceritakan kepada saya Muhammad bin Utsman Al-Abdi dari Yunus dengannya, Abdurrahman bin abdillah bin Sinan telah berkata: telah menceritakan kepada saya Abu Jafar Alaihis Salam: Sesungguhnya Abdullah bin Saba, adalah orang yang mendakwakah kenabian, dan mendakwakan bahwa sesungguhnya Amirul Mukminin alaihi salam (Ali r. A.), sebagai Allah, Maha tinggi dari hal itu dengan ketinggian yang besar. Lalu berita itu sampai ke Amiril mukminin alaihis salam, beliau menanyakannya, maka iapun mengakui hal itu, dan berkata: Ya, engkau adalah Dia (Allah), dan sungguh telah dibisikkan ke dalam hatiku, bahwasanya engkau adalah Allah, dan saya adalah nabi. Lalu Amirul Mukminin berkata kepadanya: Celaka kamu, sungguh syaitan telah menguasaimu, kembalilah kamu (kepada kebenaran) dari ini, celaka ibumu, dan bertaubatlah. Maka iapun enggan (untuk bertaubat), lalu beliau menahannya, dan memintanya agar bertaubat selama tiga hari, namun belum juga bertaubat, lantas beliau membakarnya dengan api, dan berkata: syaitan telah menguasainya, selalu mendatanginya dan membisikkan ke dalam hatinya hal itu.(Al-Kisysyi: Rajalul Kasysyi hal: 98, 99, marifatu Akhbaarir Rijaal (al-mathbaah al-musthafawiyah 1317) hal: 70).

– Al-Hasan bin Ali Al-Hulliy (726 H), menyebutkan Abdullah bin Saba dari golongan-golongan orang yang lemah (tercela).(Ar Rijaal (cetakan AL Haidariyah/ An Najfah 1392 H): 2/71).

– Adapun Ibnu Murtadha (Ahmad bin Yahya meninggal tahun 840 H) yang ia itu adalah orang mutazilah dan menisbatkan dirinya ke Ahli Bait, dan termasuk imam (tokoh) syiah Zaidiyah, maka dia tidak hanya memperkuat keberadaan Ibnu Saba, bahkan menegaskan bahwa sumber ajaran syiah dinisbatkan kepada Abdullah bin Saba, karena ia adalah orang yang pertama kali membuat perkataan adanya nash (ketetapan keimaman), dan perkataan keimaman dua belas imam.(Tabaqatul Mutizilah (diterbitkan oleh Faranz syatainr/ cetakan Al-Katolikiyah/ Bairut hal: 5 dan 6) dan lihat juga Dirasaat fil firaq wa aqaidil Islamiyah (diterbitkan oleh Penerbit Irsayd Baghdad) hal: 5).

Ada banyak literatur klasik yang berasal dari kalangan mereka sendiri yang meneguhkan keberadaan dan peranan seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba (Ibnu Saba) dalam memecah kaum Muslimin. Hal ini dipaparkan semata-mata agar umat Islam menyadari dan bisa menilai dengan obyektif apa sesungguhnya yang mereka tampakkan sekarang ini. Dalam tulisan keempat (terakhir) akan dipaparkan penggalan sejarah yang menyebabkan Dunia Islam mengalami skisma besar menjadi dua bagian: Sunni dan Syiah, di mana peran Abdullah bin Saba sangat dominan.(Bersambung/Rizki)