Hersubeno Arief: Hikayat Keledai Di Balik Kisruh Pembebasan Ustadz Ba’asyir

Di dalam negeri kasus ini juga menimbulkan tarik-menarik kepentingan yang sangat keras di kalangan pemerintah, dan pendukung Jokowi. Banyak yang kecewa, karena Jokowi dinilai memberi angin kepada kelompok radikal.

Kasus ini kian menunjukkan betapa Jokowi menjalankan pemerintahan ini secara impulsif. Tanpa pemikiran dan pertimbangan yang matang. Grasa-grusu. Sebuah keputusan yang diambil, kemudian diralat dalam hitungan hari, bahkan jam.

Bermula dari kedatangan Yusril Ihza Mahendra pengacara Jokowi-Ma’ruf Amin ke LP Gunung Sindur Bogor tempat Ba’asyir di tahan, Jumat (18/1). Yusril mengatakan bahwa dia ditugaskan oleh Presiden Jokowi untuk mengumpulkan data, mengamati, upaya pembebasan Ba’asyir.

Dari telaah hukum yang dilakukan, Yusril mengatakan pembebasan Ba’asyir akan dilakukan secepatnya sambil membereskan urusan administrasi pribadi di Kementerian Hukum dan HAM. “Setelah bebas nanti, Ba’asyir akan pulang ke Solo dan tinggal di rumah anaknya,” ujarnya.

Pada hari yang sama di Garut Jokowi juga menyampaikan rencana tersebut. ”Ya yang pertama memang alasan kemanusiaan. Beliau kan sudah sepuh. Ya pertimbangannya pertimbangan kemanusiaan. Termasuk ya tadi kondisi kesehatan,” kata Jokowi.

Jelas sudah ini merupakan keputusan yang diambil Jokowi setelah mendengar pendapat dan saran Yusril.

Statemen Yusril dan Jokowi menjadi bola liar. Pro kontra bermunculan, termasuk dari PM Scott Morisson. Menko Maritim Luhut Panjaitan dan cawapres Ma’ruf Amin menilai sikap Morisson sebagai campur tangan masalah dalam negeri Indonesia. “ Emang dia yang ngatur kita,” ujar Luhut ketus.