Ibnu Khaldun, Asal Kehancuran Negara dan Peradaban

Terkait dengan konsep “perubahan” dan “proses” sebagai konsep sejarah yang paling utama, di mana kedua konsep tersebut dianggap paling utama oleh sejarawan dan filsuf Barat di abad 19 dan abad 20, sekalipun dengan ungkapan-ungkapan yang berbeda. Semua pakar Barat yang mainstream meyakini bahwa-meminjam ungkapan Ankersmith di buku Refleksi Tentang Sejarah- “pada hakikatnya sejarah merupakan suatu proses kemajuan.”

Di antara pakar yang berpendapat demikian ialah sejarawan terkemuka Jerman,Johann Gustav Droysen dalam bukunyaOutline of the Principles of History,lalu George Frederick Hegel, Karl Marx, Oswald Spaengler, Goldwin Smith hingga Auguste Comte. Johann Gustav Droysen bahkan mengatakan, “History is humanity becoming and being conscious concerning itself.” Sejarah bermakna “menjadi” atau berproses untuk menjadi.

Hingga kini “perubahan” dan “proses” dianggap sebagai unsur utama sejarah. Masih dengan ungkapan Droysen,“ setiap hal di masa sekarang merupakan salah satu yang telah datang untuk menjadi,” begitu pula seterusnya. William P. Atkinson dalam On History and the Study of History menyatakan lebih jauh bahwa sejarah adalah kisah bangkit dan pertumbuhan masyarakat manusia, dan masyarakat terbentuk dari hubungan; Jika manusia bukan makhluk sosialia tidak punya sejarah.

Ibnu Khaldun tentu juga meyakini bahwa kehidupan manusia akan selalu mengalami proses dan perubahan. Ini adalah sebuah sunnatullah, di mana bukan hanya orang Muslim saja yang percaya tapi juga kepercayaan yang diterima semua keyakinan, ideologi dan agama. Hanya saja umat Islam memahami itu semua dari tuntunan wahyu ilahi kitab suci Al-Qur’an, bahwa sejak awal kehidupan manusia hingga hari kiamat senantiasa terjadi siklus masa kejayaan dan kehancuran dari berbagai masyarakat, umat maupun peradaban yang ada. Firman Allah SWT:

 

وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ

Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antaramanusia…(QS Ali Imran:140).

Rasanya Ibnu Khaldun pun terinspirasi oleh ayat ini, di mana ayat yang membahas tentang Perang Uhud ini jika ditinjau secara keumuman lafazh maka bermakna senantiasa akan terjadi jatuh-bangun, kejayaan-kehancuran, maju-mundur hingga jatuh-bangunnya peradaban-peradaban manusia.