AR Baswedan Kakeknya Anies Dulu Pejuang, Kakekmu Siapa?

Pada tanggal 4 Oktober 1934, setelah pemuatan artikel yang menghebohkan itu, ia mengumpulkan para peranakan Arab di Semarang. Dalam kongres para pemuda perananakan Arab itu dikumandangkan Sumpah Pemuda Keturunan Arab yang menyatakan Indonesia sebagai tanah air dan akan berjuang untuk mendukung tercapainya kemerdekaan Indonesia.

Lalu berdirilah Partai Arab Indonesia (PAI), dan AR Baswedan dipilih sebagai ketua. Sejak itu ia tampil sebagai tokoh politik. Harian Matahari pun ditinggalkannya. Padahal, ia mendapat gaji 120 gulden di sana, setara dengan 24 kuintal beras waktu itu. Demi perjuangan, katanya.

Jurnalis

Baswedan juga berporofesi sebagai wartawan. Saat bekerja di Sin Tit Po, ia mendapat 75 gulden — waktu itu beras sekuintal hanya 5 gulden. Ia kemudian keluar dan memilih bergabung dengan Soeara Oemoem, milik dr. Soetomo dengan gaji 10-15 gulden sebulan. Karena itu, Soebagio I.N., dalam buku Jagat Wartawan, memilih Baswedan sebagai salah seorang dari 111 perintis pers nasional yang tangguh dan berdedikasi.

Sebagai wartawan pejuang Baswedan produktif menulis. Ia sastrawan, penyair, dan seniman. Pidatonya atraktif. Mahir dalam seni teater. Banyak sajak-sajak yang ia gubah. Ia menguasai bahasa Arab, juga bahasa Inggris dan bahasa Belanda, selain bahasa Indonesia tentunya. Karya AR Baswedan yang telah dibukukan antara lain: Debat Sekeliling PAI, yang dicetak tahun 1939, beberapa catatan berjudul Sumpah Pemuda Indonesia Keturunan Arab (1934), Rumah Tangga Rasulullah, diterbitkan Bulan Bintang pada tahun 1940. Selain itu buah pikiran dan cita-cita AR Baswedan yang diterbitkan oleh Sekjen PAI Salim Maskati. Dan Menuju Masyarakat Baru, sebuah cerita Toneel dalam 5 Bagian.

Karier politik

Perjuangan AR Baswedan berlanjut di republik baru. Bersama dengan Haji Agus Salim (Menteri Muda Luar Negeri), Rasyidi (Sekjen Kementrian Agama), Muhammad Natsir dan St. Pamuncak, AR Baswedan (Menteri Muda Penerangan) menjadi delegasi diplomatik pertama yang dibentuk oleh negara baru merdeka ini. Mereka melobi para pemimpin negara-negara Arab. Perjuangan ini berhasil meraih pengakuan pertama atas eksistensi Republik Indonesia secara de facto dan de yure oleh Mesir. Lobi panjang melalui Liga Arab dan di Mesir itu menjadi tonggak pertama keberhasilan diplomasi yang diikuti oleh pengakuan negara-negara lain terhadap Indonesia, sebuah republik baru di Asia Tenggara.

Kematian

AR Baswedan menyelesaikan naskah autobiografinya di Jakarta pada akhir bulan Februari 1986. Sekitar 2 minggu kemudian, kondisi kesehatan AR Baswedan menurun dan meninggal. AR Baswedan dimakamkan di TPU Tanah Kusir berdampingan dengan para pejuang Indonesia yang menolak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.