Jaringan Pater Beek untuk Hancurkan Islam di Rezim Sekarang Menguat (Bag.1)

Jaringan Katolik itu penting, apakah mereka masih anti komunis, ketika komunis telah bermutasi menjadi one state two systems. Bentuk nyatanya terkini, adalah OBOR (One Belt One Road – Satu Sabuk Satu Jalan, Satu China) dan OBOR Inisiative. Faktanya, Hoaqiau Indonesia malah jadi proxy RRC. Musuh satu-satunya adalah Islam untuk dihancurkan via sejumlah jargon radikal: khilafah, terorisme, takviri.

“Gereja harus berperan dalam mengatur Negara, kemudian mengalokasikan orang-orang yang tepat untuk bekerja di dalam dan melalui Negara”, kata Pater Beck Josephus Gerardus van Beek.

Pater Beek lahir di Amsterdam, 12 Maret 1917, meninggal di Jakarta, 17 September 1983 pada usia 66 tahun. Ia  pastor Yesuit (Katolik Roma), dikenal dengan panggilan Pater Beek. Kemampuannya kurang lebih sama dengan Van Der Plass, arsitek Indonesia RIS (Republik Indonesia Serikat). Pater Beek juga dianggap lanjutan Van Der Plass.

Pater Beek lahir di Amsterdam, Belanda, sebagai bungsu dari empat bersaudara. Ia bungkas  ketika Perang Dunia I meletus. Sejak anak-anak ia dididik di kolese yang dikelola oleh imam-imam Yesuit. Setelah itu masuk ke Serikat Yesus dan menjadi novisiat tahun pertama di Mariendaal, Grave, pada 7 September 1935.

Novisiat tahun kedua, 1937, dijalaninya di Girisonta, Indonesia. Ketika menjadi novis (siswa novisiat), semangat mudanya dikobarkan dengan gairah pergi ke tanah misi, Hindia Belanda, tanah jajahan Pemerintah Kerajaan Belanda, negerinya.

Ketika Jepang menduduki Indonesia, Pater Beek sempat menghuni kamp interniran di Kesilir, Banyuwangi (1943), kamp Banyubiru, Semarang (1944), kamp Cikudapateuh, Bandung (1945), dan kamp Pundong, Bantul (1946).

Meskipun ia rohaniwan, berkewarga negaraan asing, Pater Beek lama bertugas di Indonesia. Ialah otak pembentukan lembaga CSIS (Center for Strategic and International Studies) pada 1 September 1971.