Membaca Pokok-Pokok Geostrategi Cina di Jalur Sutra (1)

Eramuslim.com – Agresivitas militer Cina di Laut Cina Selatan (LCS) dalam upaya mengendalikan lintas pelayaran dunia —LCS— serta ambisi menguasai dua kepulauan sengketa yaitu Spartly dan Paracel, kuat diduga merupakan upaya elit Cina untuk menciptakan common enemy (musuh bersama) akibat adanya “bom molotov,” semacam gejolak sosial politik yang sewaktu-waktu meletus serta meluas akibat sistem ekonomi dan politik di internal Cina itu sendiri.

Jadi, agresivitas militernya hanya sekedar deception atau pengalihan situasi atas tingkat kerawanan atau potensi gangguan keamanan di dalam negeri. Tetapi namanya deception, sifatnya cuma sementara alias semu, suatu saat pasti terjadi. Entah kapan. Inilah prolog sekaligus hipotesis dan asumsi awal telaahan soal perkembangan geopolitik Cina.

Kenapa demikian, bahwa konsep one country and two system yang dianutnya yakni elaborasi antara ideologi kapitalis dan komunis hidup berdampingan memang mampu membuat laju ekonomi Cina meningkat, namun menurut Peter Navarro, penulis buku The Coming China Wars, justru ini merupakan kombinasi (mitra) yang ganjil. Mengapa? Di satu sisi, naluri kapitalisme yang tidak ingin dikekang (liar) di pasar bebas, tetapi pada sisi lain, ia dijalankan secara totaliter oleh komunisme. Elaborasi ini niscaya berdampak atau memiliki risiko dan/atau menyimpan apa yang disebut dengan istilah bom molotov di atas.