Membaca Pokok-Pokok Geostrategi Cina di Jalur Sutra (5)

Eramuslim.com – Menurut Karl Haushofer, geopolitik adalah ilmu negara. Science of the state. Inti geopolitik adalah ruang (living space) atau lebensraum. Unsur utama teori geopolitik ialah, “Manusia butuh negara dan negara membutuhkan ruang hidup”. Jika ruang diperluas akan ada yang diuntungkan dan dirugikan. Bertambah atau berkurangnya ruang di suatu negara oleh berbagai sebab, selalu dikaitkan dengan kehormatan dan kedaulatan negara. Dan hanya bangsa unggul yang mampu bertahan hidup dan langgeng serta meligitimasi hukum ekspansi. Itulah pokok-pokok unsur dalam teori ruang. Ketika ada asumsi: “if you would understand world geopolitics today, follow the oil” (Deep Stoat), itu sekedar varian teori atas perkembangan geopolitik. Bila ingin paham geopolitik hari ini, ikuti aliran minyak. Di situ simpul-simpul (kepentingan) adidaya bertemu, bersinergi bahkan kerap beradu-kuat.

Geopolitik mengajarkan, bila ruang sudah tak lagi memiliki nilai strategi, maka akan dicampakkan. Dan tuntutan akan ruang hidup serta kekuatan militer merupakan prasyarat dalam menggapai tujuan dan cita-cita. Secara teori, ada empat prasyarat guna memenuhi tujuan dan cita-cita, antara lain meliputi: (1) ruang hidup atau living space; (2) frontier; (3) politik kekuatan; dan (4) dimensi keamanan negara dan bangsa.

Frontier adalah batas imajiner di sebuah negara akibat pengaruh asing terhadap rakyat di wilayah/daerah akibat “tipis”-nya peran atau pengaruh pusat melemah. Frontier senantiasa bermula dari budaya dan/atau ekonomi. Bila tidak ditangani dengan segera (serius), ia bisa meluas, lalu berubah menjadi pengaruh politik yang memiliki risiko disintegrasi di suatu negara. Lepasnya Sipadan Ligitan tempo dulu adalah contoh memprihatinkan atas abainya pusat terhadap frontier di pulau-pulau terluar.