Membaca Pokok-Pokok Geostrategi Cina di Jalur Sutra (6)

Pada 2013 pertumbuhan ekonomi Cina masih terkoreksi di level 7,67%. Tahun 2014 melorot menjadi 7,47%, tahun 2015 terus menurut menjadi 6,96% dan 2018 kemarin hanya 6,6%. Inilah critical battles, pertumbuhan paling kritis sejak 1990-an. Artinya, jika hal ini dibiarkan akan terjadi pengangguran sekitar 400-an juta. Hampir dua kali penduduk Indonesia tetapi statusnya menganggur. Kendati data di atas belum terklarifikasi, setidaknya itulah data sementara kecuali 2018. Data ini diambil pada acara penutupan Konferensi Internasional Federasi Asosiasi Asean (Federation of Asean Economic Association/FAEA) ke 41 di Jogja (25/11/2016).

Geopolitik mengajarkan, bahwa manusia butuh negara dan negara membutuhkan ruang hidup. Hanya bangsa unggul yang hidup langgeng dan melegitimasi hukum ekspansi, kata geopolitik. Maka pararel dengan isu global khususnya perubahan power concept dari militer ke power ekonomi, dan selaras pula dengan perilaku geopolitik komunisme dimana pengusaha di depan dan ada back up negara cq tentara di belakang, maka OBOR-nya Xi bukan cuma program cerdas dan strategis atas permasalahan (permanen) di negerinya, tetapi ia juga mengamalkan ajaran leluhur Chungkuok Tiangshi.

Menurut BK, Geopolitik adalah sejarah, budaya dan filosofi. Tampaknya melalui OBOR, Cina tengah menjalankan semua unsur geopolitik versi BK. Kenapa? Karena dalam program ambisius itu ada silahturahmi antara masa lalu (sejarah kejayaan bangsa) dengan masa kini (budaya), kemudian mempertemukan atmosfer masa lalu dan masa kini tidak sekedar menjadi prasasti dan nostalgia, akan tetapi nilai-nilai, atmosfer, dan semangat masa lalu dan masa kini dibawa ke masa depan atau dijadikan visi, tujuan dan cita-cita (filisofi).

(Bersambung ke Bag 7)

 

M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik dan Direktur Studi Kawasan dan Geopolitik Global Future Institute (GFI)

(Sumber)