Menguak Cinta Rahasia antara Israel dan Singapura (2), oleh Herry Nurdi

The Mexicans

November 1965, tim kecil dari Israel yang dikomandani Kolonel Jak (Yaakov) Ellazari tiba di Singapura (kelak ia dipromosikan pangkatnya menjadi Brigadir Jenderal, bahkan setelah pensiun pun ia menjadi salah satu konsultan senior untuk masalah-masalah pertahanan dan keamanan bagi Singapura). Dan disusul oleh tim yang lebih besar lagi pada bulan Desember 1965. Mereka menggunakan kata sandi The Mexicans untuk membantu Singapura.

Kedatangan tim The Mexicans ini sebisa mungkin dirahasiakan dari sorotan publik. Maklum, Singapura adalah negara muda yang dikeliling oleh negara-negara Muslim seperti Indonesia, Malaysia, dan juga Thailand. Lee Kuan Yew juga tidak ingin menimbulkan perdebatan di antara penduduk Singapura yang Muslim.

Pada saat yang sama dengan perintisan ini, Israel sendiri telah menyiapkan bantuan militernya langsung ke Singapura berdasarkan order dari Kidron dan Hezi Carmel. Tokoh-tokoh penting Israel yang turun berperan mengambil keputusan pembangunan militer Singapura ini adalah Yitzhak Rabin, kepala staff pemerintahan Israel kala itu, Ezer Weizmann dan juga Mayor Jenderal Rehavam Ze’evi, yang kelak menjadi menteri perumahan Israel dan tewas karena serangan Hamas pada tahun 2001.

Ze’evi sendiri yang menjadi pimpinan proyek dan terbang ke Singapura dengan nama samaran Gandhi. Rehavam Ze’evi yang telah menggunakan nama Gandhi berjanji akan membangun kekuatan militer Israel sebagai kekuatan militer yang belum pernah ada di wilayah Asia Tenggara. Dengan dibantu oleh Ellazari dan Letnan Kolonel Yehuda Golan, Ze’evi mulai bekerja. Salah satu yang dibangun dengan serius adalah buku panduan yang diberi nama "Brown Book" atau Buku Coklat, blue print buku panduan militer Singapura yang benar-benar dibuat Israel.

Buku Coklat adalah buku panduan untuk perang langsung atau combat. Setelah buku ini selesai, buku panduan lanjutannya digarap pula dengan nama sandi Buku Biru atau "Blue Book" yang mengatur segala macam strategi pertahanan dan gerakan intelijen. Buku Coklat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan segera dikirim ke Singapura dari Israel.

Tanggal 24 Desember 1965, enam orang perwira Israel tiba di Singapura. Mereka mengemban dua tugas yang berbeda. Tim perwira pertama bertugas untuk membangun dan membentuk kementerian pertahanan Singapura, tim ini dipimpin oleh Kolonel Ellazari. Dan tim kedua, yang dipimpin oleh Yehuda Golan bertugas untuk menyiapkan pasukan bersenjata. Persiapan pasukan bersenjata ini pada mulanya merekrut 40 sampai 50 orang yang telah memiliki pengalaman di bidang militer untuk dilatih lebih lanjut.

Terkuat di Asia Tenggara

Tapi kini, kekuatan yang berasal dari 40 – 50 orang yang dibangun oleh Israel itu telah menjelma menjadi kekuatan militer terbesar di Asia Tenggara, bahkan mengalahkan Indonesia. Anggaran militer Singapura itu 4,4 milyar dolar US. Jauh sekali dibanding dengan Indonesia. Mereka juga punya industri militernya sendiri. Jadi tidak melulu bergantung pada negara-negara asing produsen senjata. Sama persis dengan Israel. Israel, meski dia juga bergantung pada negara produsen senjata dari Barat, tapi dia juga membangun persenjataan mereka sendiri. Singapura sudah bisa membuat dari senjata ringan, mesin hingga artileri, mereka sudah mampu membuat sendiri.

Angkatan bersenjata Singapura, keseluruhan, berjumlah 60.500 pasukan. Jauh di bawah Indonesia. Jumlah itu sudah termasuk 39.800 wajib militer dengan masa dinas 24 sampai 30 bulan. Tapi mereka juga memiliki pasukan cadangan berjumlah 213.800. Jadi, jumlahnya meliputi seluruh penduduk dan populasi Singapura.

Singapura benar-benar telah menjalankan total defense war. Mereka punya wajib militer untuk seluruh penduduk, setiap saat semua warga negara Singapura bisa dimobilisasi, dipersenjatai.

Setiap penduduk Singapura itu sudah ada registrasi militernya, kepangkatannya. Ketika terjadi ancaman atau serangan, maka mereka per daerah atau per wilayah sudah bisa langsung melapor dan bergabung pada markas-markas yang sudah ditentukan. Orang-orang sipil itu tahu pangkat mereka apa, berapa anaknya buahnya dan tugasnya apa. Bahkan senjatanya pun sudah disetor di masing-masing markas. Ini benar-benar seperti konsep Israel, bahwa semua penduduk dewasa adalah tentara. sipil yang militer. Bukan militer yang membangun supremasi di atas sipil.

Angkatan Darat mereka memiliki 50.000 pasukan, tidak terlalu banyak. Angkatan Laut 4.500 dan Angkatan Udara 6.000. Tapi yang menarik adalah, Singapura itu punya Forces Abroad, pasukan-pasukan yang di tempatkan di luar negeri. Bukan pasukan untuk misi internasional, tapi pasukan Singapura sendiri, kebanyakan adalah Angkatan Udara.

Singapura menempatkan pasukannya di Prancis, Australia, Brunei, Afrika Selatan, Taiwan, Thailand dan Amerika. Penempatan pasukan itu disertai dengan penempatan pesawat tempur, pesawat pengintai tanpa awak sampai pesawat pengisi bahan bakar di udara yang kebanyakan di parkir di Amerika.

Kalau dibandingkan dengan kekuatan militer Indonesia? Jauh sekali. Seandainya Indonesia membom Singapura, mereka bisa membalas dengan lebih kuat lagi dari yang bisa dilakukan Indonesia. Jika sekarang kita terbang dengan pesawat komersial ke Singapura butuh waktu 1 jam 20 menit. Tapi kalau untuk melakukan serangan pre-emptif strike, Singapura hanya butuh waktu kurang dalam 30 menit.

Didikan Israel yang sangat disiplin memang menghasilkan kekuatan yang bukan main. Salah satu disiplin yang diterapkan Israel pada para kadet Singapura adalah bangun pukul 5.30 untuk memulai aktivitasnya. Bahkan salah seorang kadet pernah membantah dan memberikan alasan kepada kolonel Golan dengan mengatakan, “Kolonel Golan, orang-orang Arab tidak ada di sini dan tidak akan menduduki kepala kita. Mengapa kita melakukan latihan segila ini?” Dan menjawab komplain para kadet itu, Goh Keng Swee memerintahkan para kadet itu untuk melakukan apa yang diperintahkan Kolonel Golan, jika tidak, mereka akan melakukannya lebih berat lagi. Hanya dalam setahun, latihan yang dibangun oleh Israel ini telah menghasilkan 200 komandan militer yang terlatih.

Selain kekuatan militer darat, Israel juga merancang strategi combating water bagi Singapura. Pada awalnya, mereka membuat sebuah sampan yang mampu mengangku 10 sampai 15 anggota pasukan untuk patroli laut bahkan ke rawa-rawa. Kekuatan tempur laut yang dibangut oleh Israel memang disiapkan untuk menghadapi negara-negara maritim seperti Indonesia dan Malaysia. (bersambung)