Menguak Tiga Aktor Kunci Di Balik Politik Devide et Impera Inggris di Palestina

Eramuslim.com – Kalau anda penasaran seperti apa strategi Inggris mengacak-ngacak Timur-Tengah utamanya Paletina, sosok Sir Mark Sykes, mungkin bisa sedikit memberi gambaran bagaimana Inggris kadang cukup memanfaatkan seorang ahli strategi dengan kadar wawasan intelektual dan kapasitas akademik pas-pasan macam Mark Sykes untuk bikin onar di kawasan kaya minyak tersebut sampai hari ini.

Cerita ini bermula pada 1915, sat sedang  seru-serunya Perang Dunia I yang mana kerajaan Inggris dibuat pusing tujuh keliling oleh dua negara besar yang bersekutu melawan negara berlambang singa itu. Jerman dan Turki Ustmani.

Maka dalam sebuah rapat kabinet yang diselenggarakan di Downing Street, kantor perdana menteri Inggris pada 16 Desember 1915, tiada lain membahas sebuah agenda tunggal: Bagaimana caranya menaklukkan Turki Ustmani.

Dengan kata lain, sebaiknya peta kawasan Timur-Tengah dan Teluk Persia harus dibuat seperti apa supaya kepentingan nasional Inggris dapat dipertahankan. Tentunya dengan asumsi, dalam Perang Dunia I tersebut, Inggris dan Prancis berada di pihak sebagai pemenang perang.

Nah, di sinilah yang namanya Sir Mark Sykes, yang diundang dalam rapat kabinet tersebut sebagai penasehat pemerintah Inggris untuk Timur Tengah, tiba-tiba jadi pribadi yang tidak bisa diremehkan begitu saja, kalau tidak mau dikatakan sontak jadi aktor yang sangat penting.

Rupanya mahasiswa drop outan dari Universitas Cambridge ini, biarpun tidak pernah lulus kuliah  tentunya tidak bergelar sarjana, diminta untuk memberi saran bagaimana sebaiknya Inggris menyikapi melemahnya Kesultanan Usmaniah Turki dan kemungkinan berbagi wilayah jajahan dengan Prancis yang menjadi sekutu dalam memperlemah Kesultanan Usmaniah.

Berarti, kalau sampai diminta saran untuk urusan yang begitu serius dan vital bagi kepentingan nasional Inggris itu, pastilah reputasi Mark Sykes ini nggak bisa dianggap enteng biarpun bukan seorang sarjana S-1 sekalipun. Hal ini hanya dua kemungkinannya. Pertama, pemerintah Inggris tidak tahu betapa pas-pasannya kapasitas akademik Sykes Mark. Kedua, pemerintah Inggris justru karena tahu kemampuan pas-pasannya Sykes di segala segi, malah merekrutnya dalam jajaran pemerintahan sebagai penaseht, sehingga mudah diatur-atur.