Menyoal Fenomena Anti Semitisme

Kita tentu masih ingat kejadian dua tahun lalu, ketika tanpa pemberitaan media, Juli 2008 utusan khusus Deplu AS diam-diam menyambangi MUI. Kunjungan mereka menyisakan beribu pertanyaan. Terlebih utusan itu membawa misi Yahudi sebagai agama terpisah dari eksistensinya sebagai kekuatan politik (Zionisme).

Ironisnya, tamu tak diundang itu bukanlah Rabbi-rabbi Yahudi, namun Gregs J Richman dan kawan-kawan mewakili utusan khusus Deplu AS. Sejatinya, sudah begitu besarkah bahaya gerakan anti-semitisme sehingga membuat kaum Yahudi dan kroninya sangat defensif menjaga pertahanan.

Menelusuri jauh ke belakang, sejarah mencatat anti-semitisme timbul tatkala terjadi pembantaian dan pemusnahan ras Yahudi. Pada awal perkembangannya, kaum Yahudi dan Romawi justru menindas masyarakat Kristen Eropa. Kemudian, sejarah berbalik dimana akhirnya Yahudi menjadi korban pembantaian kaum Kristen.

Istilah anti-semitisme sebetulnya ambigu. Kata ’semitic’ merujuk pada Sem putra Noah. Sementara Abraham putra Terah merupakan generasi ke 10 dari Noah melalui garis keturunan Sem. Dan melalui silisilah Abraham juga terdapat bangsa Arab keturunan Ismail.

Anti-semitisme mulai muncul di Eropa pada tahun 1790. Ideologi rasis ini diperkenalkan oleh Wilhelm Marr tahun 1879. Propaganda anti-semit dieksploitasi oleh cendekiawan Yahudi sebagai sebuah sebutan terhadap anti Yahudi. Upaya tersebut berbuah sukses dalam menyesatkan opini dunia, meski sebenarnya gerakan tersebut lebih tepat sebagai ’anti-Jews’ atau ’anti-Judaisme’.

Wajah anti-semitisme centang perenang dan bersimbah darah hingga mengantarkan pada wacana anti-semitisme, hal ini dapat terjadi karena kebencian yang mendalam terhadap kaum Yahudi dan mitos yang mempersepsikan bahwa Yahudi adalah bangsa yang terkutuk lantaran menolak Yesus.

Lantas muncul gambaran bahwa kaum Yahudilah yang paling bertanggung jawab terhadap penyaliban Yesus. Anti-semitisme abad pertengahan menyuburkan lahan bagi tumbuhnya anti-semitisme modern. Marvin Perry dalam bukunya ’Western Civilization A Brief History’ memaparkan anti Yahudi muncul karena pandangan keagamaan Kristen pada abad ke 19 serta faktor ras dan nasionalisme: sikap yang mengejawantah dalam doktrin Darwinisme.

Ironisnya, kaum Yahudi Zionis kemudian mengadopsi gagasan tersebut untuk membentuk negara nasionalis-rasialis yang diperuntukkan bagi kaum Yahudi (Jewish State) namun bukan berazaskan agama Judaisme. Bahkan menurut Theodore Herzl, dengan memahami anti-semitisme dengan baik bisa dijadikan alasan untuk mendirikan negara Yahudi. Maka itu, Roger Garaudy berargumen, sejatinya Zionisme dan anti-semitisme adalah saudara kembar. Sedang Ralph Schoeman dalam bukunya ‘A Hidden Story Of Zionism’ mengungkap bukti kolaborasi antara Zionisme dan anti-semitisme yakni terjadi pada mitos Holocaust saat Hitler berkuasa.

Sebenarnya para pendiri Zionisme telah berputus asa dalam memerangi gelombang anti-semitisme. Akhirnya, mereka memandang bahwa anti-semitisme sebagai sebuah sekutu, sebab keduanya bertujuan sama yakni memindahkan kaum Yahudi di negeri mereka tinggal. Akhirnya, mereka menggabungkan nilai-nilai kebencian Yahudi dan anti-semitisme.

Henry Ford dalam maha karyanya ’The International Jews’ menuliskan:

"Kesadaran orang Yahudi yang teguh atas ’Goy” (non-Yahudi) inilah yang merupakan penyakit Yudaisme, tradisi yang berusia berabad-abad untuk memisahkan diri. Tidak ada itu yang namanya anti-semitisme. Tapi sungguh ada yang namanya anti-goyisme. Di semua negeri di seantero dunia, tidak ada sentimen Arab yang dikenal orang. Tidak ada orang Semit yang ditandai orang karena ketidaksukaan tertentu pada mereka. Tidak ada alasan mengapa ada orang yang akan membenci orang-orang Semit."

Bahkan menurut Henry Ford, telah muncul fenomena orang-orang Semit bersatu dalam hal ketidaksukaan pada Yahudi. Dan, ini pasti bukan anti-semitisme. Orang Semit tidak akan menentang sesama orang Semit. Mereka menentang Yahudi.

Menurut pemahaman orang Yahudi secara turun temurun, ide anti-semitisme diorganisir dan diprakarsai oleh para pembenci Yahudi. Ide tersebut ditanamkan di benak kaum non-Yahudi dengan propaganda: bahwa segala tulisan yang tidak mengucurkan dan meneteskan keindahan semanis sirup terhadap hal-hal yang berbau Yahudi, pasti terlahir dari prasangka dan kebencian. Dalam editorial Yahudi menyebut tulisan tersebut pastilah penuh penghinaan dan ajakan untuk melakukan pembasmian besar-besaran.

American Israel Public Affair Commite (AIPAC) adalah lobi yahudi di pemerintahan Amerika mengatakan bahwa Amerika akan selalu mendukung Israel. Di dalam AIPAC, ada sebuah lembaga yang disebut Anti Defamation League (ADL). Lembaga ini menyatakan sentimen anti-semitisme telah berkembang pesat. Anti-semitisme adalah ’kecaman terhadap Zionisme’ dan simpati terhadap mereka yang membangkang terhadap Israel. Tak heran, bila beberapa tahun sebelum timbunya anti-semitisme modern, lagu yang paling ngetop di Israel adalah ’The Whole World Is Against Us’.

Pada dasarnya, slogan anti-semitisme yang digaungkan oleh ADL begitu menguntungkan. Fakta bicara, bahwa sesorang yang dindikasi ADL maupun Simon Wiesenthal Center sebagai anti-semit disebabkan mereka tidak mendukung tuntutan kaum Yahudi, dalam konteks kekinian tuntutan Israel. Dan fenomena anti-semit kian meredup, sekiranya kita amat mempercayai ADL, bisa dikategorikan hampir semua orang di belahan bumi ini adalah anti-semit.

Michael Collins Piper dalam buku ’The New Jerusalem: Zionist Power In America’ menuliskan senarai nama tokoh yang digolongkan dalam kategori anti-semit. Daftar nama tersebut melibatkan bebarapa tokoh: Presiden, Senator, Gubernur, Anggota Kongres, Jenderal, Rabbi Yahudi, wartawan, artis, tokoh kulit hitam, penulis, filosof, seniman, pemusik dan lain-lain, yang kesemuanya dituduh sebagai anti-semit, atau dengan sebab-sebab tertentu menentang negara Israel. Jadi, seandainya seseorang dituduh anti-semit, sejatinya dia adalah orang yang tergolong sama dengan orang-orang yang ternama.

Pada galibnya, oleh sebab berbagai faktor telah mempengaruhi anti-semitisme selama beberapa kurun waktu menjadikan kaum Yahudi dipaksa untuk bersatu. Dan, gerakan ini menjadi daya penggerak munculnya sekelompok kecil golongan namun mampu membangun sebuah kekuatan ekonomi yang dibangun dengan dasar agama dan budaya.

Kajian anti-semit terkini: Jewish Supremacism karya David Duke, ahli politik asal Lousiana menyatakan pengaruh utama anti-semitisme bukan karena hegemoni Yahudi namun lebih pada ideologi dan ajaran agama Yahudi. Kendati bangsa Yahudi telah membentuk negara Israel namun nampaknya mereka bertekad menguasai dunia membentuk Tata Dunia Baru (New World Order) di bawah kendali Zionis.

Akhirnya, anti-semitisme justru telah membawa kejayaan dan kekuasaan kaum Yahudi. Dan Amerika, sejak hari pertama Israel berdiri telah merasa menjadi satu ikatan dengan Israel. Amerika harus mengamankan Israel demi nubuat tentang kebangkitan Yesus untuk kedua kalinya. Selain Israel sebagai suporter bagi Amerika di Timur Tengah. Dan Israel telah mendukung operasi militer Amerika dan mengabdi ide imperialisme yang diciptakan oleh cendekiawan Yahudi.

Akhirul kalam, menurut perspektif Islam, kaum muslimin tak pernah membenci siapapun yang diciptakan Allah SWT di bumi ini termasuk bangsa Yahudi. Namun lebih disebakan sikap, tindak-tanduk, perbuatan, makar, teror dan konspirasi kaum Yahudilah yang membuat umat Islam melakukan perlawanan dengan bersatu padu menegakkan kalimatullah. Maka itu perlulah kita renungkan Surat Al-Maidah ayat 82,

“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya kami ini orang Nasrani’. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.”

Jadi, kaum Yahudi adalah satu kekuatan kecil yang militan dan konsisten mampu memainkan peranan besar dalam memerangi umat Islam.Solusinya, hanya dengan mengikuti petunjuk Allah SWT, niscaya umat Islam yang senantiasa menjunjug al-haq yang akan memenangkan pertarungan melawan kebatilan. Hal itu akan diraih bila umat tetap istiqamah merapikan shaf memperkuat ukhuwah, memperdalam tauhid, tidak terfirqah-firqah hanya demi alasan ashobiyah, serta membuang jauh sifat al-wahnu (cinta dunia dan takut mati ).

Mari membentengi diri dari parasit aqidah dan selalu memberi perlawanan yang berarti lantaran musuh-musuh Islam tak pernah tidur nyenyak menghancurkan sendi-sendi kehidupan umat. Ya Rabbi, tunjukanlah jalan yang lurus, bukannya jalan orang yang Engkau murkai dan bukannya jalan orang yang tersesat. Wallahu A’lam Bi as-Shawab. (tri/pz)