Metode CIA Susupi Dunia Sastra Terkuak

Boris Pasternak adalah mata-mata AS di Soviet. Dia juga salah satu penulis asing yang memberi testimoni untuk narasi yang diinginkan AS, dan oleh sebab itu menjadi kesayangan CIA. Benar begitu?
Itulah kisah Pasternak. Dia awalnya menulis Doctor Zhivago sebagai orang mandiri dan tokoh oposisi Soviet. CIA ingin mendekatinya, jadi Pasternak dicitrakan sebagai simbol mengapa demokrasi Barat “lebih baik dari komunisme” di ranah budaya.

Kritik Pasternak sebenarnya tidak harus selalu dipahami sebagai kritik sistem negaranya. Siapa Pasternak yang kamu kenal? Apa kita punya sosok seperti Pasternak sekarang?

Edward Snowden tak ada apa-apanya dibandingkan Pasternak. Aku tidak tahu apakah kamu bisa membandingkan seorang penulis kreatif mengkritik negara, dengan pembocor data rahasia seperti Snowden. Tapi maksudku, aku ingin orang kini melihat Pasternak bukan sekadar simbol pejuang di ranah kebudayaan dunia, dengan sikap pro-demokrasi AS. Orang-orang ini memang sekarang jadi simbol, tapi dulu mereka adalah pemikir independen. Di banyak kasus, mereka sebetulnya hanya mencoba menyampaikan kisah mereka.

Jika penulis ingin menghindari batasan kabur antara ekspresi jujur dan propaganda, haruskah kita menolak pendanaan dari unsur pemerintah? Mungkinkah tindakan ini memberi peluang kita berkarya lebih luwes?
Jelas akan lebih luwes. Kita harus punya tembok pemisah. Saya tidak bilang penulis atau jurnalis wajib menolak sepenuhnya semua jenis dana dari pemerintah. Hanya saja, kalau kita menerima dana pemerintah ya seharusnya itu tidak boleh dirahasiakan. Kita menghadapi kekacauan, dunia yang busuk. Sebagai jurnalis, kita perlu menerima pendanaan seperti apapun yang bisa kita dapatkan. [Tapi] kita mesti pintar mengakalinya, semacam yang dilakukan García Márquez.

Media sosial menihilkan kekuasaan editor sebagai penjaga gerbang informasi dan persebaran wacana. Menurutmu apakah kondisi sekarang memudahkan CIA untuk mengontrol diskursus publik?
Aku rasa sebagian sistem media sosial sekarang lebih bisa diandalkan menahan upaya penyusupan wacana oleh pemerintah.

Tapi ada cara lain untuk membentuk wacana pasar kebudayaan. Kalau kamu amati industri perfilman— Argo, Zero Dark Thirty, dll.—pemerintah AS melalui Hollywood membayar miliaran dolar demi membohongi diri sendiri, membentuk citra positif. Aku rasa di satu titik awal era perang melawan teror, pemerintahan Bush menemui para sineas kemudian bilang, “Kami akan memberi kalian sebuah misi.”

Sekarang taktik pencitraan lewat produk budaya semacam ini tidak terasa baru. Tapi jangan lupa, kesadaran ini muncul berkat pengungkapan maraknya operasi terselubung semacam itu selama era Perang Dingin dulu.

Sumber: https://www.vice.com/id_id/article/pgpnzb/metode-cia-menyusupi-kancah-sastra-dunia-dibongkar

(kl/theglobalreview)