Misteri Tanah Punt: Hubungan Antara Firaun dengan Suku di Bengkulu? (2)

Eramuslim.com -Ini berarti bahwa teknologi dan aplikasi untuk dapat membangun tipe kapal ini telah berusia sekitar 1000 tahun pada saat Hatshepsut membangun armada lautnya.

Letak “Negeri Punt” Masih Misterius

https://i0.wp.com/www.eramuslim.com/framework/media/2017/08/NC_Punt.jpg?resize=224%2C224&ssl=1

Kemungkinan lokasi Punt masih misteri, kemungkinan di sekitar Laut Merah dan rute perjalanan besar melalui darat dan laut (wikimedia).

Perjalanan ekspedisi yang dilakukan utusan dari dinasti Fir’aun menurut relief ke wilayah timur masih menuai misteri.

Begitu pula dengan kisah keberadaan Negeri Punt yang dikunjungi dinasti Fir’aun yang terdapat dalam relief Kuil Hatshepsut selama ribuan tahun, juga masih menjadi misteri.

Banyak analisis juga masih berargumen tentang keberadaan dimana pastinya negeri Punt berada.

Kebanyakan ahli meyakini bahwa Punt terletak di sebelah tenggara Mesir, kemungkinan di Tanduk Afrika seperti di Somalia, Ethiopia dan Sudan. Ada pula ahli yang menunjuk Arabia sebagai Punt.

Negeri Punt, juga dijuluki Pwenet, atau Pwene oleh bangsa Mesir Kuno, adalah mitra dagang Mesir Kuno yang memproduksi dan mengekspor emas, damar aromatik, dalbergia melanoxylon, eboni, gading, budak, dan binatang liar.

Menurut sejarawan abad pertama, Titus Flavius Josephus (37 – c. 100), ia menulis:

“Phut adalah pendiri Libya, dan penduduknya disebut Phutites (Phoutes), yang penamaannya berasal dari dirinya sendiri. Ada juga sebuah sungai di negara Moor yang menyandang nama Phut, yang mana dari hal itu adalah bahwa kita dapat melihat bagian terbesar dari yang historiographers Yunani sebutkan, bahwa sungai dan negara berbatasan dengan sebutan Phut (Phoute)”

Sedangkan menurut sejarawan Persia Muhammad ibn Jarir al-Tabari atau dikenal dengan At-Tabari (sekitar tahun 915) menceritakan tradisi bahwa istri Put bernama Bakht, adalah putri dari Batawil bin Tiras.

 

Tampak istri penguasa Negeri Punt (tengah) menggunakan ikat kepala dari relief Kuil Hatshepsut di monumen Deir el-Bahri.

Dalam Kitab Perjanjian Lama, Nabi Nuh memilik tiga putra yaitu Ham, Sem dan Yafet. Dalam peristiwa banjir besar hanya satu anak Nabi Nuh yag selamat, yaitu Ham.

Sedangkan Phut atau Put adalah anak ketiga dari Ham, yaitu salah satu anak Nabi Nuh. Dialah yang menurunkan bangsa-bangsa di dunia.

Di dalam Alkitab Tabel Bangsa-Bangsa, nama Put (atau Phut) juga digunakan dalam Alkitab bagi orang-orang atau bangsa yang dikatakan sebagai keturunan dari Ham yang biasanya berada di daerah Libya Kuno.

Dalam Kitab Perjanjian Lama, khususnya dalam Kitab Kejadian, Put adalah salah satu dari tiga putra Nuh yang selamat dari bencana air bah yang membinasakan seluruh bumi bersama-sama saudara-saudara laki-lakinya: Sem dan Yafet.

Tapi hubungan dari keturunan ini kadang-kadang juga dikaitkan dengan suatu wilayah yang disebut sebagai “Tanah Punt” (the Land of Punt) yang telah dikenal dari sejarah Mesir Kuno.

Negeri Punt dan kemiripan dengan budaya Nusantara

Namun berdasarkan penelitian mutahir, ciri kehidupan “Tanah Punt” ternyata sangat mirip dengan budaya Masyarakat Nusantara, terutama di sekitar Pantai Barat Sumatera di bagian selatan, yang kini wilayahnya adalah sekitar provinsi Bengkulu.

Ada beberapa kemiripan hubungan dari budaya Negeri Punt dan budaya di Bengkulu, terutama oleh suku Enggano, diantaranya adalah:

1. Rumah Bangsa Punt mirip rumah Suku Enggano di Bengkulu

Dari beberapa manuskrip dan relief di Kuil Hatshepsut Mesir, digambarkan rumah Bangsa Punt yang mirip seperti rumah-rumah tradisional suku Enggano yang berada di Pulau Enggano di barat Pulau Sumatera bagian selatan, yang pada saat ini masuk ke dalam wilayah Provinsi Bengkulu.

Rumah suku Enggano ini berbentuk seperti kubah dengan lantai datar yang berupa lingkaran. Rumah ini adalah jenis rumah panggung, yang berada lebih dari satu meter dari atas tanah karena disanggah oleh beberapa balok kayu sebagai pondasinya.

Materi dinding dan atap rumah menjadi satu, terdiri dari dedaunan mirip rumbia dan dibentuk seperti kubah. Rumah tradisional ini hanya memiliki satu pintu berupa lubang yang dibuat pada dinding bagian bawah lengkap dengan tangganya yang terbuat dari kayu dan menuju ke bawah.

Bentuk rumah tradisional yang sangat khas dari suku Enggano yang berada di Pulau Enggano ini tergambar di dalam mural dan relief pada Kuil Hatshepsut di era dinasti Firaun dibawah kepemimpinan Ratu Hatshepsut di Mesir, sebagai rumah Bangsa Punt (lihat gambar dibawah ini).

 

Rumah Bangsa Punt pada mural di Kuil Ratu Hatshepsut

 

Persamaan antara rumah Bangsa Punt pada mural di Kuil Ratu Hatshepsut (kiri) dengan rumah khas Suku Enggano di Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu (kanan).

2. Hiasan Kepala

Masih dari beberapa mural dan relief Kuil Hatshepsut di Mesir, terlihat beberapa sosok yang memakai berupa hiasan di kepala atau ikat kepala yang digambarkan dalam kuil tersebut sebagai Bangsa Punt. (Bersambung/Kl)

Source link