Misteri Valentine’s Day (3): Mereka Dibalik Valentine’s Day

PAUS GELASIUS I
Gelasius terpilih menjadi Paus pada 1 Maret 492 M dan menerima warisan berupa konflik dan ancaman perpecahan (skisma) antara Gereja Barat yang berpusat di Imperium Romawi dengan Gereja Timur yang berpusat di Konstantinopel (Istanbul sekarang), Turki.

Paus Gelasius I tercatat dalam sejarah sebagai seorang pemimpin Gereja (Katolik) yang ‘meresmikan’ atau mengadopsi perayaan paganisme Romawi Kuno, The Lupercalia Festival, menjadi satu perayaan keagamaan Gereja dan masuk dalam deretan hari-hari besar gerejawi. Ketika itu, Gelasius menulis surat dan mengirimkannya kepada seorang anggota senat Roma bernama Andromachus. Isi surat tersebut menyatakan bahwa kontroversi tentang festival kesuburan dan pemurnian “The Lupercalia Fest”, yang sedikit demi sedikit dianggap tergusur oleh ajaran kekristenan dan hal ini menuai kecemasan di sejumlah kalangan petinggi Roma akan dijaga dan dipelihara oleh Gereja dan akan diadopsi menjadi salah satu hari perayaan gerejawi.

Gelasius menyatakan, Festival Lupercalian tersebut akan diberi bungkus baru dan akan “dikombinasikan” dengan perayaan Mary The Virgin (Perawan Maria) yang sering disebut “Candlemas”, yang berlangsung 40 hari setelah perayaan Natal (25 Desember), yang sebenarnya berlangsung tiap tanggal 2 Februari. Namun oleh Gelasius, perayaan Mary The Virgin digeser menjadi 14 Februari dan disatukan dengan hari perayaan The Lupercalian Festival. Perayaan baru ini diberi label baru dengan sebutan “The Valentine’s Day”.

Perayaan Hari Valentine kemudian resmi menjadi salah satu perayaan gerejawi dan berabad kemudian, pada sekitar tahun 1960-an, Gereja secara resmi menghapus perayaan ini dari daftar kalender gereja. TIndakan ini merupakan bagian dari upaya gereja untuk menghapus berbagai ritual yang sebenarnya tidak diketahui asal-usulnya atau sekadar mitos yang tidak berdasar.

Sesungguhnya, banyak sekali perayaan maupun ritual paganisme Roma yang diadopsi oleh Gereja hingga sekarang. Hari Natal yang diperingati Gereja Barat tiap tanggal 25 Desember pun sebenarnya berasal dari ritual perayaan hari kelahiran Nimrudz The Son of God, anak Dewa Matahari. Tanda salib pun sebenarnya bukan berasal dari tiang salib tetapi dari dua lintasan cahaya yang saling berpotongan dan ini sudah lama menjadi simbol dari Dewa Nimrudz.

KAISAR CLAUDIUS II
Nama aslinya Marcus Aurelius Claudius Augustus Gothicus (10 Mei 213/214 – Januari 270 M), atau lebih dikenal sebagai Claudius II, seorang Kaisar Imperium Romawi. Claudius II memerintah Roma hanya selama dua tahun (268-270), namun di masa kekuasaannnya, Roma memperoleh sejumlah masa kegemilangan dan sebab itu dia dianugerahi sebuah gelar keagamaan.

Claudius pernah memimpin angkatan bersenjata Imperium Roma saat pertempuran melawan kaum Goths dalam Battle of Naissus, September 268. Claudius, seperti juga pendahulunya Maximinus Thrax, menghadapi penentangan kaum barbarian. Di masa kekuasaannya yang hanya sekitar dua tahun, Claudius harus membangun angkatan bersenjata yang kuat untuk menghadapi berbagai ancaman pemberontakan dari dalam maupun musuh dari luar.

Sebab itulah, Claudius sangat berambisi untuk membangun sebuah angkatan bersenjata Imperium Romawi yang kuat, kokoh, dan perkasa. Bagi Claudius, angkatan perang semacam itu hanya bisa dibangun jika para tentaranya terdiri dari para pemuda yang juga kuat, fokus, disiplin, dan dan terlatih dengan baik. Bagi Claudius, seorang tentara yang kuat dan tangguh hanya bisa dipenuhi oleh para pemuda yang tidak memikirkan hal-hal lain selain penunaian tugas terhadap negara. Claudius menganggap bahwa para pemuda yang tergabung dalam legiun istimewanya harus sungguh-sungguh berkosentrasi dalam tugasnya. Salah satu yang dianggap Claudius sebagai penghalang dan pengganggu konsentrasi adalah hubungan antara tentaranya dengan para perempuan Roma.