Perpustakaan, Simbol Tradisi Membaca dalam Islam

Perpustakaan Bani Ammar di Tripoli, merupakan salah satu lambang keagungan dan kebesaran. Terdapat 180 penyalin yang menyalin buku-buku, mereka bekerja secara bergiliran siang dan malam supaya penyalinannya tidak terhenti. Begitu gemarnya Bani Ammar mengoleksi buku-buku langka dan baru, sehingga mereka mempekerjakan orang-orang pandai dan pedagang-pedagang untuk menjelajah negeri-negeri dan mengumpulkan buku-buku bermutu dari wilayah asing. Jumlah koleksinya kurang lebih satu juta buah.

Perpustakaan Khusus

Perpustakaan khusus, atau perpustakaan-perpustakaan pribadi, berada di setiap negeri di kawasan Timur dan Barat dunia Islam. Amat jarang didapati seorang ulama yang tidak punya perpustakaan berisi koleksi buku.

Perpustakaan pada masa peradaban Islam dahulu, antara lain Perpustakaan Al-Fath bin Khaqan (terbunuh pada 247 H). Al-Fath memiliki perpustakaan yang begitu luas, beliau mengamanatkan pengumpulan buku-bukunya kepada seorang ulama dan sastrawan pilihan pada masanya, yaitu Ali bin Yahya Al-Munjim. Di perpustakaannya terkumpul buku-buku hikmah yang sama sekali belum pernah dihimpun di perpustakaan hikmah sendiri.

Kemudian Perpustakaan Ibnu Khasyab. Ibnu Khasyab (wafat tahun 567 H) ialah orang paling ahli terhadap nahwu (gramatika Arab). Pengetahuannya tentang tafsir hadits, logika (manthiq) dan filsafat amat luas. Kegemarannya ini memaksanya menempuh jalan tidak terpuji dalam mengumpulkan buku.

Perpustakaan Jamaludin Al-Qifthi (wafat tahun 646 H). Beliau mengumpulkan buku-buku yang tidak bisa digambarkan, perpustakaannya selalu dituju orang-orang dari berbagai penjuru, karena mengharapkan kedermawanannya. Beliau tidak mencintai dunia selain buku-bukunya. Beliau mewakafkan dirinya untuk buku-buku, dan mewasiatkan perpustakaannya yang bernilai lima puluh dinar kepada An-Nashir.

Perpustakaan Bani Jaradah Al-Ulama di Haleb, salah seorang dari bani tersebut Abu Hasan bin Abi Jaradah (548 H) menulis dengan khatnya buku-buku berharga sebanyak tiga lemari. Satu lemari untuk anaknya, Abu Barakat, dan satu lemari untuk anaknya, Abdullah.

Berita mengenai perpustakaan pada masa kebudayaan Islam Klasik di atas sampai kepada generasi sekarang melalui buku. Sehingga perpustakaan mempunyai fungsi sebagai pelestari dan sumber informasi kebudayaan pada masa lampau.

Para pemimpin pada masa itu memberikan perhatian secara khusus kepada orang orang yang mempunyai kemampuan menulis dan kegemaran membaca. Mereka diberikan kebebasan berekspresi melalui karya-karyanya. Sehingga waktu itu lahir tokoh tokoh terkenal seperti Ibnu Rusyd, Ibnu Sina dan empat orang imam madzhab.