Rahasia Dibalik Perang Surabaya

Setelah Jepang menyerah kalah, dengan gentleman Amerika Serikat menyerahkan wilayah perang itu kepada Inggris. Inggris saat itu menunjuk Lord Louis Mountbatten, Raja Muda India untuk menjadi penguasa di Asia eks jajahan Jepang. Mountbatten sendiri berkedudukan di Saigon. Van Mook, Van Der Plas dan Spoor adalah tiga serangkai dari Belanda yang paling banyak melobi pihak Inggris untuk mengembalikan Hindia Belanda ke tangan Belanda. Van Der Plas menganggap remeh situasi di Hindia Belanda. Inilah kesalahan terpenting intel-intel Belanda di Indonesia yang masih melihat pergerakan pemuda di Jawa atau Sumatera adalah pergerakan anak bawang.

Karena sikap meremehkan Van Der Plas ini membuat Van Mook bersama Spoor hanya merekrut 5000 serdadu Belanda dari Suriname dan Curicao untuk disiapkan mengamankan kedatangan mereka di Jawa. Saat sarapan pagi di markasnya Australia, Van Mook kaget mendengar berita Proklamasi dari Jakarta. Van Mook mulai memiliki insting akan ada situasi berat, tapi ketika Van Mook menyampaikan ini ke Van Der Plas, Van Der Plas hanya tersenyum kecil dan berkata singkat “Apa bisa sekelompok manusia penakut melawan Brigade tempur veteran perang dunia?” Sekelompok orang pengecut ternyata sudah berubah. Van Mook mati-matian mempertahankan pendapat bahwa Belanda harus mengirimkan banyak pasukan. Van Der Plas menolak, karena dengan mengirimkan banyak pasukan akan membuat kecurigaan Inggris tentang begitu menggebunya Belanda mencaplok Hindia Belanda “Santai saja jangan membuat Inggris atau Amerika memperhatikan kita” .

Gagal meyakinkan Van Der Plas, akhirnya Van Mook menghubungi jaringannya di London agar segera melobi Perdana Menteri Inggris. Utusan Van Mook mengejar PM Inggris ke Downing Street, tapi ternyata Churchill sedang beristirahat di Chequers, pinggiran kota London disana diadakan pertemuan dadakan. Churchill akhirnya menyarankan agar dibentuk sebuah tentara pengambil alihan sipil, pihak Belanda setuju lantas disana dibentuklah NICA (Nederlaands India Civil Affair), NICA ini akan jadi semacam pengawal pemerintahan peralihan untuk kemudian menegakkan kekuasaan Belanda di Inggris, dalam nota Chequers yang tertanggal 24 Agustus 1945 ini pula termuat komitmen Inggris untuk siap membantu apabila NICA mengalami kesulitan dalam menegakkan kembali kekuasaannya di Indonesia.

Nota Chequers ini amat rahasia, bahkan Van Mook sendiri sampai beberapa saat merahasiakannya di depan teman-temannya, karena apabila ini bocor maka pendaratan Inggris sebagai pasukan pembuka akan gagal. Inggris kemudian membentuk RAPWI, sebuah organ pembebasan tawanan perang sekutu oleh Jepang dan pasukan Inggris mendarat di Jawa atas nama AFNEI. Barulah beberapa hari kemudian setelah berpikir panjang Van Mook menunjukkan surat nota Chequers ke Van Der Plas, sambil marah-marah Van der Plas bilang ke Van Mook, kenapa tidak langsung diberikan kepada dirinya info itu, karena Van Der Plas bisa tau posisi Inggris saat ini. Van Der Plas langsung memutuskan untuk membawa Van Mook ke Kandy, Srilanka untuk menemui Lord Louis Mountbatten.

Disini kemudian Van Mook dan Van Der Plas ditemui di teras belakang dengan santai di rumah dinas Mountbatten. “Kita akan melanjutkan hasil pertemuan di Yalta 1945 dan melanjutkan keputusan tuan Perdana Menteri tentang ini” kata Van Mook sambil menyerahkan surat nota Chequers kepada Mountbatten.

Raja Muda India itu membaca dengan seksama surat itu, lalu mengonfirmasi dengan ajudannya atas keabsahan surat itu lewat jalur rahasia, setengah jam kemudian ada pesan dari London bahwa surat itu absah. Tanpa pikir panjang Mountbatten berkata, “Akan saya perintah ke seluruh divisi pasukan saya untuk membantu pasukan Belanda. Tapi ini jangan terlalu berlebihan biarlah Inggris membereskan seluruh persoalan sipil dengan baik” “Kami tak ingin kedahuluan Komunis” kata Van Mook menakut-nakuti Inggris.