Ust. Abdul Aziz Abdul Rauf, Lc: Renungan Ramadhan

Eramuslim.com – Renungan Ramadhan

Interaksi dengan Quran itu harus meningkat sesuai standar. Bukan sesuai hawa nafsu.

Warzuqna tilawatahu. Ana allayli wa athro fannahar.
Berikanlah RIZQI kepada kami untuk dapat membacanya. Sepanjang malamnya dan sepanjang siangnya

Mengapa pakai kata RIZQI ?
Biasanya rizqi itu identik dengan uang. Bahagia kalau dapat uang, dapat rizqi. Sama. AlQuran itu akan terasa seperti rizqi. Maka jika kita merasakan quran memberikan kebahagiaan yg sama atau bahkan melebihi uang, maka kita baru merasakan quran. Senang jika bersama quran, sebaliknya. Akan sedih jika jaih dari quran. Maka jika dititik ini, butuh motivasi untuk makin dekat dg quran.

“Barangsiapa yg amal2 shalihnya membuat bahagia maka dia beriman” (Hadist)

Bahagia saat tilawah nambah. Bahagia saat hafalan nambah.

Dan barangsiapa kejelekannya (maksiat atau meninggalkan amal shalih) tdk membuat dia bahagia, maka itu indikasi iman yg benar.

Maka tanda quran sbg rizki adalah bahagia saat dekat dg quran dan tidak bahagia jika jauh.

“Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh : (1) beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan (2) ampunan serta (3) rezeki (nikmat) yang mulia” (QS Al Anfal 4).

Pasti mau dong dapat 3 hadiah ini. Siapa yg sanggup nolak ? Tapi gimana ? Kriteria untuk mendapatkan 3 hal ini, salah satunya saat dibacakan quran maka hatinya bergetar dan imannya bertambah (QS Al Anfal 2)

Dibacakan (pasif, hanya mendengar) quran saja iman bs bertambah. Apalagi jika tilawah sendiri, dihafalkan, dipelajari tafsirnya dst.

Big question : apakah qt bahagia saat dekat quran dan sebaliknya ???