Waspada Potensi Gempa Tanah Jawa

Pada 2010, jumlah sesar yang terdeteksi di bawah pulau berpenduduk lebih dari 140 juta ini ada empat buah. Selang tujuh tahun, kini diketahui ada 34 sesar yang melintang dan melintasi berbagai kota besar di Pulau Jawa.

Penambahan sesar ini bukan berarti muncul sesar-sesar baru, hanya saja baru diketahui melalui penelitian dan pendataan kembali.

Ada Sesar Cimandiri yang melintas dari Padalarang hingga Pelabuhan Ratu sepanjang 100 km. Kemudian ada Sesar Lembang yang membentang di utara Kota Bandung, Sesar Baribis yang memanjang dari Majalengka ke Subang, Sesar Semarang yang terlihat menyambung dengan Sesar Kendeng.

Sementara di Yogyakarta terdapat Sesar Opak yang menjadi sumber gempa pada 2006. Sesar lainnya yakni Sesar Pasuruan, Sesar Probolinggo, dan Sesar Lasem.

Menurut Mudrik Rahmawan Daryono, peneliti di Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, sesar aktif cenderung mengakibatkan gempa yang akan berulang di lokasi yang sama.

“Sesar aktif itu akan memiliki periode ulang atau ulang tahun gempa buminya di lokasi yang sama,” ujarnya kepada kumparan di Kompleks LIPI, Bandung.

Karakteristik lain dari sesar-sesar di Jawa adalah pergerakannya yang lebih lambat. “Kecepatan gesernya di Jawa itu paling lambat bergerak. Sumatera relatif sekitar 15 mm per tahun, di Jawa 3 mm per tahun, dan Sulawesi 40 mm per tahun,” jelas Mudrik.

Meski begitu, potensi besar magnitudonya relatif sama. Hanya periode ulang tahunnya saja yang bisa lebih lama.

Dua sesar di Pulau Jawa yang kini menjadi perhatian adalah Sesar Kendeng dan Baribis.

Sesar Kendeng dinilai menyimpan potensi gempa berkekuatan 7 M di sekitar Kota Surabaya. Sementara Sesar Baribis, menurut penelitian Achraf Koulali, ahli geodesi Australian National University, berdasarkan data GPS tektoniknya diperkirakan melintang dari Cilacap, Subang, Purwakarta, Cibatu, Tangerang, hingga Rangkasbitung melewati Jakarta.

“Untuk Jakarta, masih indikasi. Kita masih perlu membuktikan keberadaannya. Kalaupun ada, di mana, kecepatannya berapa, kapan terakhir gempa bumi. Jadi itu harus kita teliti,” ucap Mudrik.

Senada, Irwan mengatakan PR selanjutnya adalah mendetailkan apa yang telah dihasilkan oleh Koulali. “PR besar bagi kita, bersama dukungan pemerintah tentu saja, untuk mengonfirmasi dan menjelaskan lebih detail apa yang sudah dihasilkan Koulali tahun 2016.”