Mengenal ARSA, Kelompok Perjuangan Mujahidin Muslim Rohingya

Eramuslim – Pertama kali muncul pada bulan Oktober 2016, Arakan Rohingya Solidarity Army atau yang disingkat ARSA menjadi pencetus babak baru perlawanan Muslim Rohingya terhadap diskriminasi dan kekejaman yang dilakukan oleh pemerintah dan militer Myanmar.

ARSA didirikan sekitar 2012 lalu, tepatnya setelah kerusuhan anti-Muslim yang memakan setidaknya 200 jiwa di Rakhine State.

Laporan International Crisis Group menyebut kelompok ini didukung dan diawasi oleh sebuah komite beranggota puluhan pemimpin senior di Madinah, Arab Saudi.

Seluruh petinggi ARSA tersebut adalah imigran atau keturunan Rohingya. Mereka semua juga dikabarkan mempunyai jaringan di Bangladesh, Pakistan, hingga India.

Kelompok mujahidin perjuangan Muslim Rohingya ini dipimpin oleh Ata Ullah, seorang Rohingya yang lahir di Karachi, Pakistan dan sempat tinggal di Arab Saudi, serta dikenal vokal mengecam penindasan yang dilakukan pemerintah Myanmar terhadap etnis Rohingya.

Kelompok yang dianggap terorganisir dengan baik ini bertujuan untuk mendesak pemerintah Myanmar mengatasi perpecahan di Rakhine.

Arsa selalu menyerukan penumpasan diskriminasi berkepanjangan dan kekerasan yang selama ini menimpa etnis minoritas di Rakhine maupun Myanmar secara keseluruhan, serta mendesak pemerintah memenuhi hak dasar etnis minoritas seperti status kewarganegaraan bagi etnis Rohingya yang tak pernah diakui.

Maung Zarni, seorang warga non-residen di Pusat Eropa untuk Studi Ekstrimisme mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa tindakan kelompok tersebut muncul karena tindakan genosida secara sistematis oleh militer Myanmar.

“Ini bukan kelompok teroris yang bertujuan menyerang jantung masyarakat Myanmar seperti yang diklaim pemerintah,” kata Zarni.“Mereka adalah sekelompok pria tanpa harapan yang memutuskan untuk membentuk kelompok pertahanan diri dan melindungi orang-orang mereka yang tinggal dalam kondisi yang mirip dengan kamp konsentrasi Nazi,” tambahnya. (KI/CNNindonesia/Ram)