Mengenal Emir Qatar Syaikh Tamim bin Hamad Al Thani (Sosok Pembela Sejati Warga Jalur Gaza)

Eramuslim – Syaikh Tamim bin Hamad Al Thani dikenal sebagai salah-satu Emir termuda sepanjang sejarah Qatar. Dia diangkat menjadi Emir Qatar pada Juni 2013 saat usianya masih 33 tahun.

Syaikh Tamim mewarisi kekuasaan ayahnya, Syaikh Hamad bin Khalifa Al Thani yang berkuasa selama dua dekade sebelum akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri. Syaikh Tamim menempuh pendidikan di Sherborne School, Harrow School, dan Royal Military Academy Sandhurst di Inggris dan lulus pada tahun 1998.

Sebelum menjadi Emir, Syaikh Tamim berhasil menduduki sejumlah jabatan penting di Qatar. Tercatat, ia pernah menjadi Presiden Komite Olimpiade Nasional Qatar, Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Qatar, ketua komite penyelenggara kejuaraan Piala Dunia FIFA 2022, Ketua Dewan Pendidikan Tinggi, dan Ketua Qatar Investment Authority.

Dalam pidato serah terima jabatan pada tahun 2013, Ayahnya Syaikh Hamad pernah berkata,” Saya sepenuhnya yakin bahwa dia bertanggung jawab. Layak mendapatkan kepercayaan. Mampu memikul tanggung jawab dan memenuhi misi tersebut.”

Bahkan, negera-negara yang kini memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar turut mendukung dan mengucapkan selamat saat inagurasi Syaikh Tamim. Misalnya, mantan Raja Arab Saudi Abdullah yang dengan cepat memberikan selamat atas dilantiknya Syaikh Tamim menjadi pemimpin Qatar yang baru.

“Kami yakin bahwa Anda akan melanjutkan perjalanan Ayahmu. Dan segala upayanya dalam melayani negara Qatar. Serta memperkuat hubungan antara kedua negara (Saudi-Qatar),” ungkap Raja Abdullah.

Begitu pula, Uni Emirat Arab (UEA) yang turut memuji serah terima jabatan tersebut. UEA yakin bahwa dibawah Syaikh Tamim, Qatar bisa memperkuat hubungan dengan negara-negara teluk.

Sementara itu, Syaikh Hamad telah berkuasa sejak tahun 1995. Dimana pada awalnya, ia menobatkan diri sebagai penguasa sementara ketika ayahnya sedang melakukan perjalanan ke luar negeri.

Dibawah kepemimpinan Syaikh Hamad dan putranya, perekonomian Qatar berkembang pesat. Sebagian besar berkat produksi dari cadangan gas alamnya yang melimpah. Terhitung, perekonomian berhasil tumbuh dari $ 8 miliar di tahun 1995 menjadi $ 174 miliar hanya dalam 15 tahun kemudian.

Selama Syaikh Hamad berkuasa, Qatar banyak menerapkan kebijakan pragmatis. Dimana, Qatar terus mengupayakan hubungan dengan berbagai negara dan kelompok dari segala gaya pandang politik. Qatar juga bertindak sebagai mediator regional mengenai berbagai isu, termasuk perpecahan internal Palestina. Qatar juga tampil sebagai pendukung oposisi di Suriah.

Di sisi lain, Syaikh Hamad terus mempertahankan kedekatannya dengan Amerika Serikat. Hal itu terbukti, setelah beberapa terakhir AS diizinkan untuk menerbangkan pesawat tempurnya dari pangkalan militer besar di Qatar. Hubungan juga terjalin dengan negara Iran yang sebagian besar negara teluk menganggap sebagai ancaman serius.

Ketika menduduki kursi kepemimpinan di Qatar pada tahun 2013, Syaikh Tamim sudah banyak terlibat dalam pembuatan keputusan selama bertahun tahun. Pada tahun 2014, Dewan Kerjasama Negera Teluk digegerkan dengan permasalahan diplomatik karena Arab Saudi, UEA dan Bahrain mengkritik Qatar atas dukungannya kepada Ikhwanul Muslimin, kelompok yang dilabeli teroris oleh Arab Saudi dan UEA. Selang beberapa bulan kemudian, hubungan pun kian membaik. Duta besar untuk Qatar yang sebelumnya pergi akhirnya kembali.

Namun, beberapa waktu terakhir hubungan Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Mesir dengan Qatar tiba-tiba kembali memanas dalam. Hal itu tampaknya bermula pada Selasa 22 Mei lalu, dimana peretas diduga kuat membuat sebuah pernyataan palsu di Qatar News Agency yang dikaitkan dengan Emir Qatar.

Kabar bohong ini dimuat dengan cepat oleh saluran TV Al-Arabiya, milik Saudi, dan Sky News Arabia yang dimiliki oleh UEA, serta saluran satelit Mesir dan media elektronik. Hari-hari berikutnya, negara-negara teluk pun memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, menuduhnya telah melindungi banyak kelompok teroris dan sektarian yang bertujuan menciptakan ketikstabilan di wilayah Teluk, meskipun telah ditampik dengan tegas oleh Qatar. (Kiblat/Ram)

https://m.eramuslim.com/resensi-buku/resensi-buku-pre-order-eramuslim-digest-edisi-12-bahaya-imperialisme-kuning.htm