Mengenal Sosok Putera Mahkota Baru Pangeran Mohammed bin Salman

Eramuslim – Rabu 21 Juni 2017, Raja Salman mengangkat anaknya Pangeran Mohammed bin Salman sebagai putra mahkota Kerajaan Arab Saudi menggantikan sepupunya Mohammad bin Nayef yang sebelumnya sempat digadang-gadang menjadi Raja Saudi berikutnya.

Menduduki posisi sebagai Wakil Perdana Menteri Arab Saudi sekaligus Menteri Pertahanan paling muda di usia 32 tahun, berikut sekilas profil sosok Pangeran Mohammed bin Salman:

Seperti dilansir Al Jazeera, Mohammed bin Salman lahir pada 31 Agustus 1985. Ayahnya Raja Salman dan ibunya  Putri Fahda bint Falah bin Sultan bin Hathleen. Ibunya berasal dari suku Ajman, anak  Pangeran Rakan bin Hathleen.

Di tahun 2008 Pangeran Mohammed bin Salman menikah dengan Putri Sarah bin Mashhoor bin Abdulaziz Al Saud pada tahun 2008. Keduanya dikarunia 3 orang anak.

Pangeran Mohammed bin Salman menempuh pendidikan awal di ibukota Riyadh, dan sering menjadi penghuni ranking 10 besar dari pelajar terbaik.

Universitas King Saud menjadi pelabuhan Pangeran Mohammed bin Salman untuk melanjutkan pendidikan tingkat tinggi. Di universitas ini sang pangeran menempuh fakultas hukum dan meraih rangking kedua.

Begitu lulus kuliah, Mohammed bin Salman mendirikan sejumlah perusahaan sebelum bekerja di pemerintahan. Ia pernah menjadi Sekjen Dewan Kompetitif Riyadh, penasihat spesial Ketua King Abdulaziz Foundation. Ia juga pernah jadi anggota dewan masyarakat Albir untuk Pembangunan.

Saudi Arabia’s Deputy Crown Prince Mohammed bin Salman (R) meets Facebook CEO Mark Zuckerberg at the tech giant’s headquarters in Silicon Valley, U.S. June 22, 2016. Saudi Royal Court/Handout via REUTERS

Sebagai bagian dari aktivitas filantrofinya, Mohammed bin Salman membangun MiSK Foundation. Ini merupakan organisasi non profit yang mendorong pendidikan dan kepemimpinan para pemuda Saudi.  Ia juga mengembangkan start up di Saudi melalui berbagai program inkubasi bisnis.

Pada 2013, Pangeran Mohammed bin Salman ia diberi penghargaan “Personality of the Year” dari Forbes Timur Tengah karena perannya sebagai ketua King Salman Youth Center. Ia juga diakui perannya dalam MiSK Foundation karena mendukung kemajuan para pemuda Saudi.

Di bidang politik, Pangeran Mohammed bin Salman mempunyai pengalaman sebagai penasihat penuh bagi dewan menteri  selama dua tahun sejak  2007. Pada  2009, ia menjadi penasihat ayahnya Raja Salman yang saat itu masih menjabat Gubernur  Riyadh.

Ia selain itu sang pangeran juga menjadi ahli komisi kabinet Saudi dan sebagai konsultan paruh waktu sampai Maret 2013. Mohammed bin Salman ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan pada 23 Januari 2015.  Pada tahun yang sama ia menjadi wakil putra mahkota.

Salah satu gerakan Mohammed bin Salman yang paling berkesan saat jadi menteri pertahanan adalah memimpin operasi Decisive Storm di Yaman. Hanya dua bulan usia ia ditunjuk. Operasi itu dilakukan untuk memerangi pemberontak Syiah Houthi di Yaman yang didukung Iran.

Dengan Mohammed bin Salman menjadi putra mahkota, kebijakan luar negeri Saudi sepertinya akan menjadi lebih agresif. Saudi akan berupaya keras menghancurkan hegemoni pengaruh Iran di wilayah Timur Tengah.

Pada April 2016, ia memperkenalkan Visi 2030. Ini merupakan visi Saudi pada masa depan yang bertujuan menjadikan Kerajaan Arab Saudi sebagai pusat Arab dan  Islam di dunia. Saudi juga ingin menjadi pusat investasi pembangkit listrik dan pusat wilayah yang menghubungkan tiga benua.

Ia juga membuat inisiatif reformasi berupaya mencari sumber ekonomi baru dan privatisasi ekonomi yang tak tergantung pada minyak bumi. Pada 2030, inisiatif bertujuan untuk membangun sistem e-government. (Aljazeera/Rol/Ram)