eramuslim.com – Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom menyinggung soal aksi pembakaran Al Quran di negara tersebut, saat berpidato di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada pekan lalu.
Billstrom mengaku selama beberapa bulan ini Swedia menjadi saksi tindakan pembakaran Al Quran.
“Penodaan ini dilakukan para ekstremis dan provokator yang berupaya menabur perpecahan antara umat Muslim dan non-Muslim. Kita tak boleh membiarkan para provokator ini berhasil [melakukan aksinya],” kata Billstrom saat pidato pada Jumat (23/9) dikutip situs resmi PBB.
Pemerintah Swedia, lanjut dia, tegas menolak keras segala tindakan intoleransi. Billstrom mengatakan aksi pembakaran kitab suci itu tak mencerminkan pendapat warga atau pemerintah Swedia.
Sebagai salah satu sikap Swedia menanggapi pembakaran Al Quran itu, pemerintah melakukan dialog dengan kaum Muslim dunia dan mengundang Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja sama Islam (OKI) untuk mengunjungi negara Nordik itu.
Pemerintah Swedia juga meluncurkan investigasi untuk meninjau Undang-Undang Ketertiban Umum.
“[UU ini] mengatur ruang lingkup Otoritas Kepolisian Swedia untuk menolak permohonan izin mengadakan pertemuan publik,” ungkap dia.
Namun, Billstrom menegaskan bahwa hak atas kebebasan beragama, kebebasan berkumpul, kebebasan berekspresi, dan kebebasan berpendapat dijamin konstitusi di Swedia.
“Kebebasan ini telah bermanfaat bagi masyarakat dan kohesi sosial kita dengan baik dan menjadikan kita masyarakat yang terbuka dan bebas,” ungkap dia.
Belakangan ini, Swedia menjadi sorotan usai serangkaian pembakaran Al Quran terjadi di negara tersebut.
Aksi semacam itu sempat dilakukan politikus sayap kanan Rasmus Paludan, imigran Irak Salwan Momika, hingga aktivis Irak Salwan Najeem.
Serangkaian pembakaran itu membuat negara Muslim atau negara mayoritas muslim murka dan meminta Swedia mengambil langkah tegas kepada pelaku. Mereka juga mengkritik kebebasan berekspresi yang kerap digaungkan pemerintah Stockholm.
(Sumber: Cnnindonesia)