Akses Whatsapp Dibatasi, Dokter Terimbas Dampaknya

Eramuslim – Pembatasan akses media sosial dan aplikasi perpesanan memicu protes dari penggunanya. Terlebih, sejumlah kalangan memanfaatkannya untuk kepentingan yang terkait dengan pekerjaan, termasuk tenaga medis.

Akademisi sekaligus praktisi klinis Prof Ari F Syam mengaku dapat memaklumi kebijakan pemerintah membatasi akses media sosial dan aplikasi Whatsapp menyusul maraknya peredaran hoaks di masyarakat. Namun, ia mengungkapkan bahwa aktivitastenaga kesehatan pun terimbas oleh pembatasan tersebut.

“Whatsapp telah menjadi salah satu media komunikasi dengan perawat dan sesama dokter,” ungkap Ari kepada Republika.co.id, Kamis (23/5).

Menurut Ari, dalam praktik sehari-hari, perawat biasa mengirimkan hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain kepada dokter melalui Whatsapp. Perawat juga dapat menyampaikan perkembangan pasien atau melaporkan pasien baru dengan cara yang sama.

“Konsultasi sesama dokter pun biasa dilakukan lewat Whatsapp,” ujar dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan gastro-enterologi hepatologi ini.

Ari mengungkapkan perawat juga menggunakan Whatsapp untuk menyampaikan jadwal tindakan atau operasi kepada pasien. Sebaliknya, dokterpun sudah terbiasa menyampaikan bisa atau tidaknya melakukan tindakan atau operasi di rumah sakit.

Sebagian pasien, menurut Ari, juga sudah memanfaatkan Whatsapp untuk berkonsultasi dengan dokter tentang obat atau hal lain mengenai kondisi kesehatannya. Rumah sakit juga sudah memanfaatkan aplikasi perpesanan itu untuk pendaftaran pasien dan berkomunikasi dengan pasien untuk penjadwalan berobat.

“Kalau kondisi pembatasan aplikasi ini terus berlangsung, pastilah akan berdampak tidak baik untuk pelayanan kesehatan masyarakat yang sudah memanfaatkan komunikasi melalui media sosial ini,” kata Ari.