Anies Baswedan Bilang ‘Poya Mothig Poya Haha’, Bahasa Apa Itu?

Konon, pengguna awal bahasa walikan ini adalah para gentho, gali, garong, alias preman. Copet, maling, dan rampok menggunakan bahasa ini supaya percakapan mereka tidak diketahui otoritas Orde Baru kala itu. Namun lama kelamaan, bahasa ini mulai dipahami orang non-kriminil.

Ada pula versi sejarah heroiknya yang juga populer, bahasa walikan digunakan oleh pejuang-pejuang zaman dulu supaya percakapan mereka tidak dipahami penjajah Belanda. Entah mana versi sejarah yang benar, belum ada yang cukup meyakinkan sejauh ini.

Yang jelas, pada dekade ’80-an di Jogja, bahasa walikan mulai menjadi bahasa gaul. Anak-anak muda Kota Pelajar mulai sering menggunakan ‘boso walikan’ ini.

Sebenarnya ini bukan sepenuhnya ‘bahasa’ dalam artian formal, melainkan hanya ragam bahasa yang tidak resmi dan tidak baku, alias bahasa slang. Pemakaiannya pun bukan diterjemahan dalam satu kalimat penuh, melainkan hanya sepotong-sepotong, atau kata-kata tertentu saja yang dibalik.

Sejauh pemahaman penulis, bahasa walikan Jogja lain dengan bahasa walikan Malang yang caranya langsung dibalik lewat cara bacanya. Misalnya, bila di Malang, kata sapaan ‘mas’ menjadi ‘sam’. Tapi di bahasa walikan Jogja, kata sapaan ‘mas’ menjadi ‘dab’. Versi Jogja sedikit lebih memusingkan.

Istilah dari bahasa walikan Jogja yang populer selain ‘dab’ antara lain ada ‘dagadu’, artinya ‘matamu’.

Belakangan, ada lagu dangdut hip-hop berjudul ‘Kimcil Kepolen’ yang dinyanyikan oleh sederet penyanyi, termasuk Via Vallen. Dalam liriknya, ada kata-kata, “Pancene kowe pabu, nuruti ibumu, jare nik ra Ninja ra oleh dicinta (Emang dasar kamu pabu, nurutin ibumu, katanya kalau nggak Ninja nggak boleh dicinta).”

Persis, kata ‘pabu’ dalam lirik itu adalah bahasa walikan Jogja. ‘Pabu’ artinya ‘anjing’, termasuk kata-kata vulgar.

Selain itu, Iwan Fals dulu juga pernah menggunakan nama samaran ‘Pitat Haeng’. Nama samaran itu dia gunakan sebagai keterangan pencipta lagu ‘Pak Tua’ milik grup musik ‘Elpamas’. Nama samaran Iwan Fals itu juga menggunakan kaidan bahasa walikan Jogja.

Masih banyak lagi istilah dari bahasa walikan Jogja yang sering digunakan di Jogja, yakni ‘japemethe: teman sendiri’, ‘themon: perempuan’, ‘hongib: polisi’, ‘lotse: minum’.

Tentu saja itu diterjemahkan dari bahasa Jawa standar ke bahasa walikan, bukan dari bahasa Indonesia ke bahasa walikan. Begini cara membalik Bahasa Jawa biasa ke bahasa walikan Jogja:

I. Pahami baris Aksara Jawa

(1) Ha Na Ca Ra Ka

(2) Da Ta Sa Wa La

(3) Pa Dha Ja Ya Nya

(4) Ma Ga Ba Tha Nga

II. Balik barisnya

Bila hendak menerjemahkan kata dalam bahasa Jawa ke bahasa walikan Jogja, maka baliklah huruf-huruf di baris (1) ke huruf di baris (3), juga sebaliknya. Serta, baliklah huruf di baris (2) ke huruf di baris (4), berlaku pula sebaliknya.