Bantah Survei Setara Institute, Pendeta: 37 Tahun Hidup di Aceh, Mereka Toleran

Eramuslim – Forum Kerukunan Umum Beragama (FKUB) Aceh menyebut hasil survei indeks kerukunan beragama yang dilansir Setara Institute tak sesuai kenyataan di lapangan.

“Berdasarkan penelitian pada 2017, Aceh berada di urutan dua paling bawah. Artinya, indeks kerukunan beragama di Aceh paling rendah dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia,” kata Ketua FKUB Aceh, H Nasir Zalba, di Banda Aceh, Sabtu (8/12).

Menurutnya, hasil penelitian yang menyebutkan indeks kerukunan beragama di Aceh paling rendah tidak sama dengan kenyataan. Padahal, Aceh merupakan provinsi paling toleransi terhadap kerukunan antarumat beragama.

Memang, kata dia, ada beberapa kejadian menyangkut konflik beragama. Seperti konflik pembangunan masjid di Kabupaten Bireuen dan konflik agama di Kabupaten Aceh Singkil.

Sejumlah pengunjung yang datang dari berbagai daerah berada di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Jumat (22/6). Masjid Raya Baiturrahman sebagai objek wisata religi dan ikon kota Banda Aceh yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam pada tahun 1022 H/1612 M tersebut, semakin ramai dikunjungi wisatawan setelah dilengkapi sejumlah payung elektrik dan fasilitas ruangan parkir bawah tanah dan tempat wudhu. ANTARA FOTO/Ampelsa/ama/18

“Namun, konflik tersebut tidak mempengaruhi secara umum kerukunan umat beragama di Aceh. Masyarakat Aceh sangat menjunjung tinggi toleransi sesama umat beragama,” kata Nasir.

Sementara itu, Idaman Sembiring, seorang pendeta di Aceh, menyatakan masyarakat di provinsi ujung Barat Indonesia tersebut sangat toleransi, kenyataanya juga tidak pernah terjadi konflik beragama.

“Kami sudah 37 tahun menetap di Aceh. Selama itu pula tidak pernah ada konflik beragama. Aceh sangat toleran,” katanya.

Jadi, lanjut dia, sangat keliru kalau ada yang menyatakan, indeks kerukunan umat beragama di Aceh rendah. Serta menyebutkan Aceh berada urutan dua terbawah kerukunan umat beragamanya. (rol)