Begini Cerita Guru SD Soal Tembakan Gas Air Mata ke Sekolah di Rempang

eramuslim.com – Guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) 024 Galang, Wulan berbagi cerita ketika bentrok terjadi antar aparat dan masyarakat di Rempang, Batam, Kepulauan Riau. Ketika asap gas air mata menyelimuti sekolah hingga menyebabkan banyak murid panik pada Kamis, 7 September 2023 lalu.

Wulan mengisahkan, saat bentrokan pecah, masyarakat setempat mendengar suara dentuman keras, mengingat lokasi tempatnya mengajar berdekatan dengan lokasi bentrok aparat dan warga yang tak setuju dengan pembangunan Rempang Eco City.

Diketahui dalam informasi yang beredar, dalam bentrokan tersebut aparat kepolisian mengambil tindakan represif atau memukul mundur warga dengan menggunakan gas air mata.

Wulan menyatakan, gas air mata yang ditembakkan polisi ada yang masuk ke area sekolah. Soal ucapannya ini ia mengatakan seorang guru ada yang menemukan selongsong gas air mata di dalam sekolah.

Asap tebal yang dihasilkan gas air mata menyebabkan situasi sekolah chaos atau kacau, banyak murid SD yang ketakutan menyaksikan peristiwa tersebut.

“(Beruntung) warga membantu untuk mengevakuasi anak-anak,” ujar Wulan mengutip laporan tvOnenews, Senin, 25 September 2023.

Dalam situasi panik itu, seorang polisi kemudian menghampiri Wulan. Polisi itu bertanya soal kondisi murid dan meminta Wulan membuka jendela kelas agar asap tak menumpuk di dalam.

Akibat kesal, Wulan kemudian meluapkan amarahnya kepada si polisi. Dia menyayangkan mengapa gas air mata bisa sampai masuk ke sekolah hingga menyebabkan murid panik.

Wulan mengungkap tidak ada murid dan guru yang menjadi korban gas air mata. Namun, sejak kejadian itu murid SDN 042 Galang mengalami trauma berat saat melihat polisi berseragam. Bahkan mereka sampai bersembunyi di kolong meja.

Sebagai guru, Wulan berharap kejadian serupa tidak lagi terulang lagi di mana pun. Karena asap gas air mata sangat bahaya jika terhirup, apalagi yang menghirup adalah murih SD.

Usai kejadian itu, sejumlah pihak dilaporkan sudah mengunjungi sekolah tersebut, mulai dari psikologi, pemerintah setempat, hingga Komnas HAM.

(Sumber: Viva)

Beri Komentar