Di Jakarta Bagai Singa, Di Papua Bagai Tikus Got

Lipat kedua, sedihku akan moralitas Polisi. Betapa rendahnya moralitas Polisi, tak mampu menahan diri dan menyellesaikan persoalan dengan adik-adik mahasiswa secara senyum. Tidak tampak beda antara Polisi dan preman dalam hal ini. Di negara Pancasila, Polisi sepertiya adalah preman legal, yang digaji dengan “rampasan” uang rakyat. Aku bertanya dalam hati, apa yang diajarkan di Akademi Kepolisian, sehingga moralitas polisi serendah ini. Kenapa para mahasiswa lebih hapal selogan Pak Polisi “tugasmu mengayomi” ? Inilah tangisku yang lain untuk Polisi.

Kesedihanku membayangkan hancurnya hati para orang tua yang menyaksikan –lewat video sosmed, anaknya dianiya beramai-ramai oleh polisi terobati ketika menyaksikan anak-anak STM ikut turun ke jalan. Jujur sejujur-jujurnya harus kukatakan : “aku bersorak gembira dengan ikutnya anak-anak STM berunjuk rasa. Mereka punya kelebihan dibanding abang-abang mahasiswa dalam hal menghadapi kebrutalan. Nyali anak-anak STM sudah tertempa dan skilnya dalam hal tawuran sudah pula terbina.

Hasilnya, polisi kewalahan. Anak-anak yang masih remaja ini nekad mengejar-ngejar polisi. Polisi yang tadinganya seperti singa, berubah jadi kucing; belum sampai jadi tikus got seperti di Papua memang. Tapi lumayanlah, ada perimbangan. Sejumlah polisi jadi korban. Keberutalan, tampaknya harus dihadapi dengan keberutalan.

Anak-anak STM telah memberi pelajaran penting dan berharga buat Polisi : keberutalanmu tidak ada apa-apanya buat anak-anak; taktik mengendalikan massa yang kau miliki, tidak punya arti di depan anak-anak; keberanianmu ternyat hanya ada karena ada senjata di tanganmu. Anak-anak tidak hanya berani, tapi nekad !

Sekali lagi, keberuatalan tampaknya harus dihadapi dengan keberutalan : tak bisa dengan argumentasi akademik. Maka, ke depan, mahasiswa memang harus belajar dari anak-anak STM agar nanti bila akan demo sudah punya bekal. Mata kuliah “tawuran” nampaknya perlu diajarkan di perguruan tinggi agar tidak dianiayai ketika berunjuk rasa dan berorasi. Setidaknya, menjadi kegiatan ekstra kurikuler.