Di Jakarta Bagai Singa, Di Papua Bagai Tikus Got

Tetapi, negeri macam apa nanti Indonesia ini ? Entahlah, sulit meramalkannya. Mungkin negeri cow boy. Ngeri membayangkannya.

Entah berapa lama lagi suasana rusuh ini berlangsung. Entah berapa banyak lagi korban akan berjatuhan. Yang pasti, kuncinya ada di tangan Polisi. Kalau Polisi dapat menyadari bahwa mereka adalah bagian dari rakyat, kisah kerusuhan segera tamat. Kalau Polisi menyadari bahwa mereka sedang diperhadapkan dengan “perang” melawan anak-anaknya sendiri, cerita huru-hara akan berhenti. Tetapi kalau tidak, cerita rusuh mungkin saja akan berubah jadi certa Mahabharata.

Karena itulah tangisku ini untuk Polisi. Aku tak mau Polisi negeriku seperti tikus got yang diburu tak berdaya seperti di Papua. Aku tak ingin Polisi negeri Khatulistiwa ini rendah moralitasnya, tak mampu menangani unjuk rasa kecuali dengan senjata. Aku pun tak ingin Polisi negeri Pancasila dihinakan karena dipertandingkan dengan anak-anak sendiri yang remaja –pelajar STM, SMA bahkan lebih rendah dari itu : SMP. Ini penghinaan; ibarat pertandingan tinju, petinju kelas berat dikalahkan petinju kelas bulu.

Karena itu, nasehat dalam tangisku ini kepada Polisi : “kembalilah kau menjadi pengayom masyarakat”. Jadilah engkau tempat orang-orang lemah berlindung, tempat masyarakat berkeluh kesah, tempat orang mendapatkan keamanan dan ketenteraman. Tengok dan dengarkan keluhan masyarakat. Menjiplak selogan WALHI “Bumi ini bukanlah warisan nenek moyang kita, tetapi titipan dari anak cucu kita”, maka Indonesia ini adalah milik anak-anak kita, para mahasiswa dan pelajar. bukan milik kita. Bantu mereka mendapatkan apa yang mereka mau tentang negeri ini. Mereka tahu apa yang mereka mau. Karena mereka sudah dididik di perguruan tinggi dengan Pancasila. Berhentilah menjadi alat penguasa yang memusuhi rakyatnya. Until now, I still love you.

Wallahu a’lam bisshawab (end/sumber)

Penulis:

DR. Masri Sitanggang (Penulis adalah Ketua Gerakan Islam Pengawal NKRI (GIP-NKRI); Wakil Ketua Bidang Ideologi Majelis Permusyawaratan Pribumi Indonesia)