Djoko Edhie: Nadiem, Mundurlah (II)

Dan inilah yang Bapak ajukan:

1. Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris dan Pendidikan Karakter berbasis agama dan pancasila menjadi mata pelajaran utama di Sekolah Dasar dan karena itu, Pembelajaran Bahasa Inggris di SMP dan SMA dihapuskan karena seharusnya sudah dituntaskan di SD. Pembelajaran bahasa Inggris fokus ke percakapan, bukan tata bahasa.

Jernihlah dalam berpikir dan hati-hatilah dalam bertindak. Ini Indonesia.

Bapak gagal paham soal ciri khas pendidikan dasar dan menengah. Proses pembelajaran itu mengikuti usia dan perkembangan pancaindrera. Bukan dijejali sesuatu, dianggap tahu, lalu selesai. Modus seperti ini adalah bencana bagi pendidikan nasional. Dan, hal-hal yang Bapak ajukan itu sama sekali tidak ada unsur pembentukan karakter, karena modusnya jejal-menjejal, bukan proses pembelajaran yang natural.

Coba berpikir jernih dan akademis, anak SD itu anak kecil yang baru belajar sekolah. Mestinya metode pembelajarannya adalah sambil bermain, bukan dijejali seperti itu. Pelajaran SD misalnya: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika/berhitung, sejarah nasional, Perbandingan Agama, Budi Pekerti dan Budaya, dan olahraga. SD bukan tempat kursus TOEFL yang pelajaran Bahasa Inggris harus tuntas di SD. Kenapa tidak sekalian lulus SD dapat Hadiah Nobel?