Dubes RI Diperintahkan Gali Potensi Investasi dari Timur Tengah

Duta Besar dan Kepala Perwakilan Indonesia yang bertugas di negara-negara kawasan Timur Tengah diminta untuk berupaya mencari peluang menarik dana segar yang dimiliki negara-negara tersebut. Demikian diungkapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Perwakilan RI di Istana Negara, Jakarta.

Menurut Yudhoyono, total dana di kawasan tersebut mencapai 1, 5 triliun dollar AS. Sebanyak 1 triliun dollar AS atau setara dengan Rp 9000 triliun diperuntukan untuk internal kawasan Timur Tengah. Dari sisa 500 juta dollar AS, sebanyak 300 juta dollar AS diinvestasikan di Amerika Serikat. Sebanyak 100 juta dollar AS diinvestasikan di Eropa.

Masih ada lagi 100 juta dollar AS yang akan diinvestasikan ke Asia. Baru 60 juta dollar AS yang diinvestasikan, dan masih ada 40 juta dollar AS yang belum disalurkan. "Jika pandai dan cerdas mencari peluang, dana itu bisa masuk untuk investasi Indonesia, " ujar Presiden Yudhoyono.

Oleh sebab itu, Presiden di hadapan sekitar 119 dubes dan kepala perwakilan mengatakan, dubes dan perwakilan RI harus mampu melihat peluang, serta bertindak cerdas dalam rangka meningkatkan investasi di Indonesia.

"Saya minta beberapa hal untuk diperhatikan seperti sektor ekonomi. Untuk investasi dan juga perdagangan. Para duta besar harus mampu membuka jalur komunikasi sehingga peluang tidak terlepas. Berkomunikasilah terus dengan menteri-menteri ekonomi dan kepala daerah. Cari tahu apa yang potensial di negeri kita ini secara khusus, " tambah Presiden.

Bahkan, lanjut Presiden, para dubes dan kepala perwakilan Indonesia harus bisa mengetahui potensi investasi apa saja yang masih menjadi peluang dalam investasi, sehingga bisa dijelaskan kepada investor di setiap negara. "Jelaskan kalau mereka masih takut berinvestasi di Indonesia. Jangan sampai tidak tahu apa yang tengah dipersoalkan di negeri kita ini terkait investasi, " lanjut Presiden.

Sebab, Yudhoyono mengakui, adakalanya para investor takut datang ke Indonesia, karena persepsi keliru tentang Indonesia. Presiden memberikan contoh, Pangeran Andrew dari Inggris, yang belum lama datang ke Indonesia.

Dia mendengar persepsi iklim investasi yang salah tentang Indonesia. Katanya, Indonesia begini-begini. Padahal, setalah ia datang dan melihat sendiri, persepsi itu tidak benar. Hal inilah yang harus disampaikan para dubes dan kepala perwakilan Indonesia.

Presiden menegaskan, Dubes dan Kepala Perwakilan Indonesia jangan hanya menghabiskan waktu dengan cara menghitung hari, membaca buka ataupu membuat tulisan. (novel/kcm)