Ekonom Sekuritas Mandiri: Ekonomi Indonesia Stagnan, Kalah Dari Malaysia dan Vietnam

Eramuslim.com -Pangsa sektor manufaktur Indonesia relatif stagnan jika dibandingkan dengan Vietnam dan Malaysia.

Kesimpulan itu disampaikan Kepala Ekonom Mandiri Sekuritas, Leo Putra Rinaldy, dalam seminar dan konferensi internasional tahunan ‘Indonesian Capital Market Student Studies’ (ICMSS) ” yang digelar di Auditorium Soeria Atmadja, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Kamis (22/02).

Leo menegaskan, solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan itu adalah dengan memilih sektor manufaktur dan infrastruktur sebagai pilihan. “Solusi terbaik mengatasi permasalahan ini adalah dengan cermat memilih sektor yang harus kita kembangkan secara intensif, yaitu sektor manufaktur dan infrastruktur,” beber Leo.

Menurut Leo, sangat naïf jika mengharapkan pemerintah untuk memperbaiki masalah ini sepenuhnya sendirian. Dalam hal ini, sangat dibutuhkan partisipasi dari pihak swasta.

Acara tahunan dalam bentuk konferensi internasional dan seminar yang sudah diselenggarakan selama 17 tahun ini, digelar dalam dua sesi.

Sesi pertama mengusung tema “Market Outlook: Excavating the Catalyst of Growth Despite Uncertainties”.

Sedangkan pada sesi kedua digelar diskusi bertajuk “The Fundamental of Private Sector Funding for Infrastructure Development”.

Sebelumnya, dalam kesempatan berbeda, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memproyeksikan subsektor yang akan memacu pertumbuhan manufaktur nasional di tahun 2018, yaitu industri baja dan otomotif, elektronika, kimia, farmasi, serta makanan dan minuman.

Subsektor ini diharapkan mampu mencapai target pertumbuhan industri pengolahan non-migas tahun 2018 yang telah ditetapkan sebesar 5,67 persen.

Airlangga Hartarto mengungkapkan, pada triwulan III tahun 2017, beberapa subsektor tersebut kinerjanya di atas pertumbuhan ekonomi. Misalnya, industri logam dasar sebesar 10,60 persen, industri makanan dan minuman 9,49 persen, serta industri alat transportasi 5,63 persen.

Menperin meyakini, sektor manufaktur masih menjadi kontributor terbesar bagi perekonomian nasional, di antaranya melalui peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor.(kl/ito)