Fadli Zon: Sejarah Harus Jadi Matpel Wajib, Bukan Pilihan!

Dulu, lanjut Fadli, Komisi Pembaruan Pendidikan diisi tokoh-tokoh terkemuka lintas bidang, seperti Sumitro Djojohadikusumo, Koentjaraningrat, Andi Hakim Nasution, T.O. Ihromi, Slamet Iman Santoso, dan Ki Suratman. Rekomendasi-rekomendasi mereka tak disikapi secara apriori oleh publik.

Fadli kemudian membeberkan keutamaan pendidikan sejarah bagi siswa:

Pertama, sebagai instrumen “transmission of culture”. Pendidikan sejarah membentuk siswa untuk memiliki penghargaan yang tinggi terhadap ‘the glorious past’ bangsa kita. Membawa siswa untuk mampu menghargai karya bangsa di masa lampau, sekaligus memupuk rasa bangga sebagai bangsa.

Kedua, pendidikan sejarah mengajarkan esensialisme. Sebagai sebuah disiplin ilmu, sejarah tak hanya sebatas pendidikan pengetahuan sejarah, namun juga sebagai instrumen pengembangan kemampuan berpikir kronologis, analitis, dan kritis. Dengan kata lain, pengetahuan sejarah akan membantu siswa memecahkan permasalahan kekinian.

“Selain itu, saya mau mengingatkan Mendikbud, sejarah bukan sekadar nama, tahun dan peristiwa masa lalu. Tapi sebuah “journey” atau perjalanan sebuah bangsa. Mereka yang tak memahami masa lalu, tak kan pernah mengerti masa kini. Mereka yang tak paham masa kini, tak kan bisa merancang masa depan,” tegas dia. Jadi, saya berharap Kemendikbud tak gegabah dalam merancang penyederhanaan kurikulum. (kmp)