Fitna Tidak Dibuang, Indonesia Akan Blokir YouTube

Menteri Komunikasi dan Informasi Muhammad Nuh mengatakan, akan segera memblokir akses menuju situs YouTube, apabila dalam waktu dekat tidak juga menanggapi surat peringatan dari pemerintah Indonesia untuk segera menghapuskan film ‘Fitna’ yang dibuat oleh politisi Belanda, Geert Wilders, dan yang telah mendapat protes umat Isam.

“Kita memberikan batas waktu selama dua hari (semenjak kemarin) dan bila sampai waktu itu Fitna belum juga di-remove maka kita akan bekerja sama dengan ISP (Internet Services Provider) memblokir YouTube, ” ujar Nuh yang seusai menghadiri pengangkatan Mahfud MD sebagai hakim Mahkamah Konstitusi oleh Presiden di Istana Negara, Jakarta.

Nuh menambahkan, pemerintah telah melayangkan surat permintaan kepada pengelola YouTube, Senin(31/3) pagi, untuk segera menghapuskan film Fitna. Bahkan, untuk memperkuat permintaan tersebut, pemerintah juga telah melampirkan surat contoh dari Pemerintahan Kerajaan Thailand yang melarang dan mencabut penampilan film yang isinya diduga telah menghina Raja Thailand.

“Bagaimanapun yang bertanggung jawab atas isi situs itu adalah pengelola YouTube. Tidak mungkinkan kita yang edhel-edhel (mengacak-acak) muatan situsnya. Anggap saja Fitna itu muatan di dalam truk. Kan gak mungkin kita utak-atik isi truknya, ya pilihannya kita blok saja truknya, ” ujar Nuh yang mengaku belum menonton film yang dimaksud

Secara terpisah Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Prof Komarudin Hidayat mengajak masyarakat untuk bijak dalam memprotes film Fitna, sSalah satunya seperti yang dilakukan mantan PM Malaysia, Mahathir Muhammad.

"Menurut saya Mahathir cukup rasional. Boikot saja, itu lebih elegan dan dampaknya juga lebih telak, " kata Komarudin usai bertemu Wapres Jusuf Kalla, di Kantor Wapres, Jakarta, Rabu (2/4).

Menurutnya, langkah tersebut lebih bijak ketimbang melakukan aksi bakar-bakaran. "Barat memang perlu dikasih pelajaran, atas nama kebebasan. Daripada bakar-bakaran lebih baik boikot saja, " tandasnya.

Komar mengakui, masyarakat muslim cepat terpancing untuk melakukan tindak kekerasan dalam menghadapi upaya menyudutkan Islam.

"Satu sisi Fitna itu tidak benar, tapi di sisi lain juga kritik pada umat Islam, agar dalam menghadapi masalah tidak dengan cara destruktif. Jangan umat Islam itu mudah sekali terprovokasi. Kalau ada apa-apa sedikit, langsung ramai, " imbuhnya. (novel/jn-ok)