FPMI: Umat Islam Rapatkan Barisan Hadapi Imperialisme Model Baru

Umat Islam perlu segera merapatkan barisan dalam menghadapi imperialisme model baru yang dilancarkan oleh Barat dan sekutunya. Karena selama ini umat Islam banyak lalai mengantisipasi serangan imperialisme baru tersebut, sehingga umat Islam mengalami ketertinggal dalam segala bidang.

"Imperialisme baru sekarang ini menyerang umat Islam dan mencoba menguasai kantong-kantong umat Islam melalui berbagai serangan budaya dan juga ekonomi, " jelas Ketua Presidium Front Perjuangan Muslimin Indonesia (FPMI) A Muslim Arbi, di Jakarta.

Menurutnya, budaya Barat mencekoki dengan berbagai macam pola hidup dan cara pandang yang cenderung permisif. Sementara dari segi ekonomi, perekonomian umat dan usaha-usaha umat Islam dihancurkan mulai dari hilir sampai hulu.

Lebih lanjutm Muslim Arbi mengatakan, Umat Islam saat ini dibuat sedemikian rupa, untuk menjadi bangsa yang konsumtif, dan Ttdak lagi mempunyai kemauan untuk memproduksi sendiri. Usaha kecil di perkampungan dirusak sedemikian rupa dengan masuknya barang-barang impor yang lebih murah ketimbang produk lokal.

"Apalagi sekarang usaha franchise modern dari luar negeri masuk hingga ke kota-kota kecamatan. Ini semua bentuk imperialisme gaya baru, yang perlu diwaspadai oleh umat Islam, " ujarnya.

Ia berharap agar umat Islam kembali ke jatidirinya semula untuk menjadi umat yang mandiri. Karena, Rasulullah SAW mengajarkan pada umatnya agar menjadi saudagar yang kuat, sehingga bisa menguasai sektor ekonomi. Hasilnya umat di zaman Rasulullah adalah umat yang mandiri, dan bahkan menjadi umat yang kuat di bidang ekonomi.

"Kalau saja umat Islam saat itu tidak menguasai sektor ekonomi, mustahil rasanya dakwah Rasulullah akan sampai hingga sekarang ini, " tambahnya.

Muslim menyebutkan selama ini ada kecenderungan umat melalaikan satu bidang itu, sehingga umat lain yang akhirnya menguasai sektor ekonomi. Padahal kita tahu para pendahulu kita adalah para saudagar yang ulung, dan Islam pun masuk ke Indonesia melalui pedagang yang menguasai perekonomian.

Ia juga menyebutkan perlunya umat Islam memenuhi kebutuhan sendiri. Seperti cara yang ditempuh sebuah organisasi di Malaysia adalah dengan memproduksi kebutuhan anggotanya sendiri. Mulai dari sembako, sampai kebutuhan yang kecil-kecil. Hasilnya mereka sangat diperhitungkan dan tidak tergantung dengan orang lain.

Jalan lain yang harus ditempuh, tambah Muslim, umat Islam membangun solidaritas. Artinya umat Islam hanya berbelanja dan membeli produk yang diproduksi oleh kalangan umat Islam. "Saya yakin apabila langkah ini ditempuh, niscaya orang-orang di luar Islam akan berteriak, " pungkasnya. (novel)