Gegara Kebijakan Impor Beras, Harga Gabah di Daerah Terus Turun

Rusdani mengatakan, meski harganya turun, namun petani tak kesulitan menjual gabahnya. Pasalnya, tengkulak langsung turun ke sawah-sawah untuk membeli gabah petani. ”Petani sedang panen di sawah, sudah ditungguin sama tengkulak,” kata Rusdani.

Para petani pun memilih untuk menjual langsung gabahnya. Selain sulit menjemur gabah karena sering hujan, mereka juga khawatir harga gabah akan semakin turun seiring dengan semakin bertambahnya luas areal yang panen.

Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan  (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, mengakui, mulai turunnya harga gabah saat ini. Padahal, luas areal yang panen masih di kisaran kurang dari 50 hektare.

Sutatang menilai, tertekannya harga GKP di masa panen perdana itu disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah keputusan pemerintah untuk mengimpor beras dari luar negeri.

“Impor memang membuat harga gabah petani menjadi jatuh, ” kata Sutatang.

Selain itu, kata Sutatang, tertekannya harga gabah di Kabupaten Indramayu juga disebabkan sudah mulainya masa panen di sejumlah daerah di Jateng, salah satunya Demak. Menurutnya, gabah dari Demak tersebut saat ini sudah masuk ke penggilingan-penggilingan beras yang ada di Kabupaten Indramayu.

Sementara itu, hal serupa juga terjadi di Kabupaten Cirebon. Ribuan ton gabah asal Jateng pun menyerbu penggilingan- penggilingan beras yang ada di daerah tersebut.

”Kebanyakan dari Demak. Tapi ada juga yang berasal dari Tegal dan Brebes,” kata Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon, Tasrip Abu Bakar.