Gerakan Sholat Subuh Berjamaah di Masjid Ciptakan Generasi Tangguh

Eramuslim.com – Di beberapa ruas jalan di Kota Bandung, terlihat banyak baliho bertuliskan ajakan untuk ke masjid. Memang, tulisan-tulisan tersebut tak biasa. Karena, biasanya baliho yang ada di sejumlah jalan protokol di Kota Bandung, lebih banyak bertuliskan iklan komersil.

Namun, di Jalan Jakarta, Jalan Ahmad Yani-Kosambi, dan beberapa jalan lainnya, terdapat iklan ajakan shalat subuh berjamaah di masjid. Salah satunya, berbunyi “Yuuk, shalat subuh berjamaah di Masjid, Makmurkan Masjid”.

Selain di jalan, tulisan serupa,  dua bulan terakhir ini banyak ditemukan pada spanduk yang ada depan masjid-masjid di Kota Bandung. Pemandangan tersebut muncul, seiring adanya Gerakan Subuh Berjamaah yang dicanangkan oleh Pemkot Bandung, belum lama ini.

Walaupun, program ini baru berjalan beberapa bulan, namun cukup bisa mengubah pemandangan yang ada di masjid-masjid di Kota Bandung. Biasanya, setiap subuh banyak masjid yang senyap. Terlihat, jamaahnya hanya beberapa baris saja. Itu pun, di dominasi oleh orang yang sudah lanjut usia.

Tapi sekarang, barisan jamaah yang shalat subuh mulai bertambah. Anak-anak dan remaja pun, mulai banyak yang ikut eksis shalat berjamaah. Sebenarnya, apa manfaat shalat jamaah tersebut bagi perkembangan anak? Bagaimana membiasakan anak untuk shalat subuh berjamaah? Dan bagaimana dampak luas untuk lingkungan sekitar sendiri?

Menurut Ketua Program Study Magister Psikologi Profesi Universitas Islam Bandung (Unisba), Ihsana Sabriani Barualogo, shalat berjamaah sangat banyak manfaatnya untuk anak-anak. Terutama, membiasakan anak untuk shalat subuh berjamaah.

Karena, banyak hal yang bisa dibangun dari shalat subuh berjamaah. Di antaranya, berdisplin soal waktu, belajar tugas dan tanggung jawab, bersilaturahim dan belajar bagaimana bersikap. “Tapi, point penting dari shalat subuh berjamaah ini adalah keteladanan,” ujar Ihsana kepada Republika.co.id.

Ihsana mengatakan, membiasakan anak untuk shalat subuh berjamaah pun perlu role model (model panutan). Sehingga menuntut seorang ayah untuk konsisten shalat subuh berjamaah ke masjid sebagai contoh teladan.
“Jadi ga bisa membiasakan anak pergi berjamaah ke masjid, sementara ayahnya masih tidur nyenyak belum bangun,” katanya.

Membiasakan anak shalat berjamaah, kata dia, bisa mulai dilakukan serius pada anak yang berusia di atas 7 tahun. Sedangkan untuk anak di bawah 7 tahun bukan sesuatu yang diharuskan tapi diajak ketika mampu.

Selain pada anak, kata dia, pembiasaan shalat subuh berjamaah ini belum terlambat diterapkan untuk anak usia remaja. Untuk anak berusia remaja pun, tetap membutuhkan keteladanan. Karena, akan sulit untuk memulai kebaikan kalau tak ada contoh dari orang tuanya dan ters menerus membiasakan kebiasaan baik.

Ihsana yakin, pembiasaan shalat berjamaah pada remaja pun akan berdampak positif. Karena, walaupun secara empirik data di lapangan belum ada penelitian tapi ini bisa membuat anak menjadi tangguh. Sehingga, bisa ikut menekan  kenakalan remaja, narkoba, dan lain-lain.

“Secara logika, shalat berjamaah seharusnya dampaknya bisa menekan kenakalan remaja karena mereka akan terbangun koneksinya, spiritualnya, Insya Allah akan lebih kuat,” katanya. (jk/rol)