Gerindra: Jangan Sampai Sejarah Singapura Pinggirkan Pribumi Terulang

Eramuslim.com – Memilih pemimpin berdasarkan keyakinan dan kesamaan etnis bukanlah sesuatu yang perlu diperdebatkan apalagi dibenturkan. Sah-sah saja.

Demikian disampaikan Sodik Mudjahid saat menanggapi menangnya paslon nomor urut 2 Ahok-Djarot dalam pilkada DKI Jakarta (15/02) kemarin di beberapa TPS-TPS berbasis komunitas wni keturunan Tionghoa.

“Tidak salah dalam demokrasi memilih pemimpin atas dasar etnis dan agama. Yang salah jika negara mensaratkan pemimpin hanya untuk agama dan etnis tertentu. Dan jika satu agama dan etnis melecehkan agama dan etnis yang lain,” ujar Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI ini saat dihubungi di Jakarta, Minggu (19/02/2017).

“Yang salah adalah jika ada calon pemimpin yang munafik atau double standard kepada pemeluk agama dan etnis lain mengatakan melanggar konstitusi jika memilih pemimpin atas dasar agama dan etnis,” sindir politisi Gerindra ini.

Tapi, lanjut dia, kepada komunitas seagama dan seetnis dia minta dipilih karena sama agama dan etnisnya sama dengan dia yang sedang nyalon jadi pemimpin.

Jadi, kata dia, wajar jika etnis Cina solid dukung Ahok karena Ahok adalah bagian dari etnis itu.

Namun sebaiknya, kata dia, solidnya mereka dukung Ahok harusnya ditujukan untuk kemajuan negara dan rakyat Indonesia secara keseluruhan bukan hanya untuk kemajuan etnis Cina saja.

“Ini yang banyak dikhawatirkan rakyat Indonesia antara lain kasus sejarah kemunculan Le Kwan Yuew di Singapura yang memarjinalkan kelompok asli melayu,” ungkapnya.

Dengan kemenangan Ahok di sejumlah titik yang banyak terkonsentrasi wni keturunan Tionghoa dalam pilkada DKI Jakarta, ujar dia, tidak perlu ada pihak yang tersinggung ataupun marah.

“Etnis lain tidak usah marah dengan solidnya etnis Cina dukung Ahok bahkan harus jadi cerminan dan pelajaran dalam meng-goalkan calon pemimpinnya,” pungkasnya. (kl/ts)