Gerindra: Secara Kualitatif Dan Kuantitatif, Kecurangan Pemilu Penuhi Unsur TMS

Eramuslim – Ada dua jenis kecurangan pemilu yang ditemukan Partai Gerindra selama gelaran Pemilu Serentak 2019. Keduanya adalah kecurangan kualitatif dan kuantitatif.

Menurut Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Ferry Juliantono kedua jenis temuan tersebut sudah cukup untuk menyatakan bahwa kecurangan pemilu masuk kategori terstruktur, masif, dan sistematis (TMS).

Ferry kemudian menguraikan kecurangan kualitatif. Salah satunya terjadi di Boyolali, Jawa Tengah yakni temuan video viral yang menggambarkan seorang anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) melakukan pencoblosan kertas suara milik beberapa warga yang masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT).

Contoh lain adalah video yang memperlihatkan beberapa tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia menggerebek sebuah gudang yang isinya surat suara tercoblos.

Di situ mereka menemukan surat suara pilpres sudah dicoblos untuk pasangan Joko Widodo-Maruf Amin. Ada pula surat suara calon legislatif yang sudah dicoblos ke beberapa nama caleg, salah satunya caleg Partai Nasdem, Davin Kirana yang merupakan putra dari Dutabesar Indonesia untuk Malaysia, Rusdi Kirana.

“Kualitatif, di Boyolali melibatkan banyak pihak dan Malaysia kecurangan yang sifatnya kualitatif,” katanya saat beraudiensi dengan pimpinan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di Media Center Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (24/4).

Jurudebat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi ini juga menyatakan bahwa pihaknya menemukan kecurangan kuantitatif. Salah satunya, seperti yang dilakukan oleh bagian dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), KPPS.

“Kesalahan entry data di sejumlah TPS dan itu dikatakan KPU sebagai fenomena biasa dan human error. Tapi bukti yang kami temukan sudah semakin banyak. Semakin hari akan semakin banyak bukti-bukti kecurangan sifatnya kuantitatif. Input tanpa C1 asli itu jumlahnya sangat banyak. Itu bukan human error tapi human order,” bebernya.