Gunung di Cimahi Dibom untuk Proyek Kereta Cepat Cina, Ratusan Rumah Warga Retak Dindingnya

Saat pertama kali mendengar dentuman itu, ia merasa kaget karena suaranya terdengar keras, terlebih dentumannya kerap terdengar dua kali dalam satu hari.

“Dentumannya terdengar pagi dan sore hari, saya sampai kaget karena setelah dentuman itu rumah saya retak‑retak,” katanya.

Rumah milik Linda Kurniasari (50), dinding kamar tidur dan kamar mandinya paling parah retaknya, bahkan dinding kamar mandi sampai menganga.

“Kalau ada ledakan lagi, dinding kamar mandi saya bisa ambruk, makanya saya kalau lagi mandi takut ambruk. Dentuman pengeboman itu saya dengar dua kali dalam satu hari,” ucapnya.

Linda mengatakan, sesuai kesepakatan dengan warga lainnya, jika proyek tetap dilanjutkan tanpa mengindahkan keselamatan jiwa, ia dan warga lainnya minta agar direlokasi.

“Saya sebetulnya sudah betah di sini, tapi kalau nyawa terancam ya lebih baik direlokasi karena berbahaya dan kasihan anak‑anak,” kata dia.

Ketua RW 13 Ahmad M Sutisna, mengatakan, di wilayahnya terdapat 120 keluarga dan 500 jiwa, namun hampir semuanya rumah warga itu mengalami keretakan sehingga resah.

“Daerah ini paling dekat dengan lokasi pengeboman di terowongan. RT 4 jaraknya hanya 750 meter jadi rumah warga di sana yang paling parah mengalami keretakan,” katanya.

Ahmad menambahkan, aktivitas pengeboman tersebut dilakukan tanpa memikirkan keselamatan warga sekitar karena aktivitasnya dilakukan tanpa ada kajian serta tidak memiliki izin analisis mengenai dampak lingkungan (amdal).

“Saya kan tahu masalah amdal, makanya setelah adanya pengeboman itu saya tanyakan ke pekerja proyek KCIC amdalnya, tapi tidak bisa menunjukan,” ujarnya.

Bahkan, kata Ahmad, aktivitas pengeboman itu dilakukan tanpa sosialisasi dulu ke warga setempat.

Pada 2016 pekerja proyek KCIC hanya melakukan sosialisasi pengeboran, bukan pengeboman.

“Sekarang pengerjaannya malah dibom, akibatnya ratusan rumah warga di sini retak‑retak dan membahayakan,” katanya. [tr]