Guru Besar Unair: Utang BUMN Karya Mengerikan…

eramuslim.com – Guru Besar Universitas Airlangga, Prof. Henri Subiakto, menyoroti kondisi keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya yang saat ini tengah terlilit utang dalam jumlah besar.

Ia mengungkapkan keprihatinannya setelah mendengar pemaparan anggota DPR RI Komisi VI, Darmadi Durianto, yang mengungkap besarnya beban utang yang ditanggung oleh BUMN di sektor infrastruktur.

“BUMN Karya dalam 10 tahun terakhir memang menjadi tulang punggung pembangunan infrastruktur yang dibanggakan,” ujar Henri di akun X @henrysubiakto pada 10 Maret 2025.

“Namun, di balik itu, terjadi pembengkakan utang korporasi yang mengerikan,” tambahnya.

Henri menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur yang selama ini sering disebut sebagai salah satu pencapaian besar pemerintahan Jokowi ternyata meninggalkan masalah finansial yang serius.

BUMN Karya yang diberi mandat untuk membangun justru kini terjebak dalam utang besar yang tidak termasuk dalam tanggungan negara.

“Ketika BUMN-BUMN ini bekerja keras membangun infrastruktur, manajemen mereka justru terpuruk akibat lilitan utang yang begitu besar. Lalu siapa yang harus bertanggung jawab?” tanyanya.

Ia menekankan pentingnya transparansi dari pemerintah dan pihak terkait untuk menjelaskan kepada publik mengapa utang BUMN Karya terus meningkat hingga menyebabkan kerugian besar.

“Apakah ini murni kesalahan manajemen, atau ada faktor lain seperti penyalahgunaan kekuasaan atau bahkan korupsi besar-besaran?” lanjutnya.

Kondisi BUMN Karya yang terjerat utang ini menambah daftar panjang persoalan ekonomi yang dihadapi Indonesia akhir-akhir ini.

Dari kasus megakorupsi di Pertamina, harga minyak goreng bersubsidi Minyakita yang melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET), hingga penundaan pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), permasalahan ekonomi terus menjadi sorotan publik.

Masyarakat pun menantikan kejelasan serta langkah konkret pemerintah dalam menangani situasi ini. Jika tidak segera ditangani, utang BUMN Karya dikhawatirkan dapat menjadi bom waktu bagi stabilitas ekonomi nasional.

(Sumber selengkapnya: Fajar)

Beri Komentar