Hutan Papua Angker, Prajurit Kopassus Cerita Pernah Dipijat dan Berbagi Rokok dengan Makhluk Gaib

Namun sampai suatu titik, sungai itu hilang dan menjadi air terjun. Selvanus pun menepi di tengah hutan Papua yang berada di ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut.

“Lima orang sudah menyeberang, tiga belum menyeberang dan saya hanyut bersama si Kopral. Ini adalah satu-satunya motivasi saya untuk bertahan dan mencari Kopral itu,” ujarnya.

Anehnya, saat mencari prajurit tersebut, Selvanus tidak dapat kembali pulang. Dia tersesat di dalam hutan belantara di wilayah Mimika Papua.

“Di kepala saya, saya harus mencari arah ke Timika untuk melapor ke komandan dan melanjutkan mencari anak buah yang hilang,” katanya.

Saat hari keenam, Selvanus sudah berada di ambang sadar. Semua perlengkapan termasuk sepatunya hanyut dibawa arus sungai yang deras.

Selvanus mengaku melihat alam lain di hari keenam perjalanan. Bahkan, dia mengingat mengobrol dan berkomunikasi sambil terus berjalan mencari anak buahnya yang hilang.

“Hari keenam itu saya sudah melihat alam lain. Saya mulai mengobrol dan berkomunikasi. Mungkin itu hanya halusinasi saja. Namun anehnya, saya masih terus bisa berjalan. Bahkan sampai hari kesebelas, saya berhasil menyeberangi sungai dengan lebar 200 meter sebelum tiba di Timika,” katanya.

Selvanus diketahui telah hilang di hutan Papua selama 18 hari. Dia akhirnya ditemukan oleh warga di Timika dengan kondisi selamat.

Warga menemukannya dengan keadaan memprihatinkan. Fisiknya tinggal tulang belulang berbalut kulit. Matanya saat itu terus berputar liar.

“Saya hanya tinggal tulang berbalut kulit saat itu. Mata terus berputar liar dan telapak kaki bengkak akibat tertancap potongan kayu. Dokter yang memeriksa saya saat itu menyatakan saya bebas dari penyakit malaria dan cacing tambang,” katanya.

Setelah dinyatakan sehat, Selvanus diundang oleh Pangdam Cendrawasih ke Jayapura untuk menikmati makan malam. Anehnya, Stevanus bisa menghabiskan makanan di satu meja itu seorang diri.

Dia memastikan, tidak ada keinginan untuk balas dendam karena telah kelaparan selama belasan hari saat mencari anak buahnya. Ternyata nafsu makannya yang begitu besar karena ada tiga sosok yang menempel padanya.

“Saya makan banyak begitu bukan balas dendam, tapi rupanya ada yang ‘ikut’. Tiba-tiba saya ingat bahwa saya selama di hutan memang selalu ditemani tiga orang. Kalau matahari sudah terbenam, satu memijati kaki, satu memijati pundak dan satu lagi berbagi rokok dengan saya. Alamnya sudah lain,” kata Selvanus. (*)