
Menurut Paulus, aktivis KNPB kala itu menggelar ibadah damai bersama masyarakat setempat. Namun kemudian usai ibadah digelar, aktivis melakukan orasi yang dianggap memprovokasi agar masyarakat terlibat dalam aksi separatisme Papua merdeka.
“Mereka melakukan ibadah bersama warga, tapi kemudian mereka berorasi dan menggelar aksi. Itu modus operandi mereka,” ujar Paulus seperti dilansir CNNIndonesia.com, Rabu (6/4).

“Kami tidak pernah memberikan izin karena mereka berafiliasi dengan gerakan pembebasan Papua,” ujar Paulus.
Aktivis KNPB Victor Yeimo menyatakan ibadah rakyat Papua yang digelar kala itu adalah untuk mendoakan negara-negara Melanesian Spearhead Group (Fiji, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu) mau menerima Gerakan Pembebasan Papua (ULMWP) sebagai anggota tetap MSG.
Namun pada pelaksanaannya, kata Victor, aparat kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia membubarkan gelaran ibadah damai dengan berbondong-bondong masuk ke dalam gereja.
“Dengan penuh represif mereka tangkap dan mengeluarkan tembakan di mana-mana,” kata Victor melalui akun Facebook miliknya.
Kepolisian Resor Mimika menangkap belasan aktivis KNPB lantaran diduga turut terlibat dalam insiden pemukulan terhadap Kapolres Mimika AKBP Yustanto Mudjiharso.
Peristiwa pemukulan itu terjadi saat Yustanto bersama anggota dibantu aparat TNI hendak membubarkan paksa kegiatan orasi yang dilakukan aktivis KNPB.
Para aktivis KNPB yang dipimpin Steven Itlay dalam orasinya dituding telah memprovokasi masyarakat setempat agar terus menyuarakan kemerdekaan Papua, lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada saat itulah, Yustanto mengaku dihampiri salah seorang di antara para aktivis KNPB yang kemudian tiba-tiba melayangkan pukulan hingga dia mengalami luka robek pada bibirnya.
“Anggota langsung mengamankan 12 orang, termasuk pimpinan KNPB wilayah Timika Steven Itlay. Provokator dan orang-orang yang terlibat dalam acara itu sebagai penggerak massa juga sudah kita amankan,” kata Yustanto seperti diberitakan Antara.(ts/cnnindonesia)