Infografik: Inkonsitensi Kebijakan Harga BBM Era Jokowi

Eramuslim – Dalam kampanye Pilpres 2014 lalu, Jokowi yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta berjanji di hadapan rakyat tidak akan menaikan harga BBM jika terpilih menjadi Presiden RI.

Janji tinggalah janji? Di awal masa pemerintahannya, Presiden Jokowi justru melakukan reformasi di sektor energi. Salah satunya dengan mencabut subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium yang kurang tepat sasaran karena lebih dari 70% penerimanya bukan orang miskin.

Pada 17 November 2014, Jokowi ingin menunjukkan bahwa pihaknya berani tidak populer dengan mengumumkan sendiri kenaikan harga Premium dan Solar.

Selain mencabut subsidi untuk Premium, Jokowi juga mengganti skema subsidi Solar menjadi subsidi tetap sebesar Rp 1.000/liter. Dengan begitu, harga Premium dan Solar akan naik turun mengikuti fluktuasi harga minyak dunia.

Tapi kebijakan itu hanya berjalan selama 1,5 tahun hingga April 2016. Semenjak itu sampai sekarang, harga Premium dan Solar tak lagi mengikuti harga minyak dunia. Padahal, harga minyak sudah jauh melonjak dari kisaran USD 30 per barel ke level USD 60 per barel di 2018.

Mendekati Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 2019, Jokowi mengambil keputusan untuk tidak akan menaikkan harga BBM sampai akhir 2019. Dampaknya, Pertamina menanggung kerugian dari penjualan Premium dan Solar. (kmpr)

Berikut perjalanan harga BBM di era Jokowi disajikan kumparan (kumparan.com) dalam bentuk infografiknya;