Ekstrimisme Muncul Karena Ketidakadilan Ekonomi

Eramuslim – Selama ini banyak pihak yang keliru dalam menafsirkan arti ekstrimisme. Ekstrimisme hanya dinilai sebatas gerakan ekstrim yang dipicu oleh dasar agama.

Pandangan tersebut salah. World Peace Forum (WPF) ke-7 yang mempertemukan tokoh-tokoh internasional mencoba untuk meluruskan makna ekstrimisme tersebut. Ajang yang digelar di Hotel Sultan pada tanggal 14 hingga 15 Agustus mengusung tema “Jalan Tengah untuk Peradaban Dunia Baru”.

“Pesan moral agar kita ini jangan terjebak pada ekstrimisme atas dasar agama. Seolah-olah kita hanya melihat yang radikal pemeluk agama, biasanya malah dikerucutkan pemeluk agama tertentu, salah pandang itu,” ungkapnya Utusan Khusus Presiden Indonesia untuk Dialog dan Kerja Sama Lintas Agama Din Syamsuddin yang menjadi inisiator acara ini, kemarin, Selasa (15/8).

Dijabarkan Din bahwa ekstrimisme dan radikalisme muncul karena sistem ekonomi dunia yang anarki. Sistem ini membuat kesenjangan antara si miskin dan si kaya.

Si kaya melakukan penindasan untuk mengeruk harta, sementara si miskin melakukan pemberontakan untuk bertahan hidup.

“Mana yang radikal, orang miskin yang memberontak atau orang kaya yang menindas? Dua duanya,” tegas Din.